Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) memperkirakan, belum banyak perbaikan pada industri batubara tahun ini.
ADRO memangkas target produksi batubara tahun 2016 menjadi 50 juta-52 juta ton. Jumlah itu turun dibandingkan dengan proyeksi produksi batubara tahun 2015 sebanyak 53 juta-54 juta ton.
Garibaldi Thohir, Direktur Utama ADRO, mengatakan, harga batubara belum membaik. Maka, ADRO tidak ingin banyak fokus pada pendapatan dari tambang. Perseroan ingin beralih fokus di bidang energi dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
"Sayang kalau batubara yang ada dijual dengan harga jelek, maka produksi dibatasi. Karena sumberdaya ini sesuatu yang tidak bisa diciptakan lagi," ujar pria yang akrab disapa Boy Thohir itu, Senin (4/1).
Ia memperkirakan, laba bersih ADRO masih akan flat di akhir tahun 2015 dan tahun 2016 ini. Namun, dalam beberapa tahun ke depan, ADRO akan mulai mengandalkan pendapatan dari bisnis PLTU dan logistik.
ADRO memiliki dua proyek PLTU yang sebentar lagi masuk tahap financial closing, yakni proyek PLTU Batang, Jawa Tengah dengan kapasitas 2x1.000 megawatt (MW) yang digarap oleh Bhimasena Power Indonesia (BPI) senilai US$ 4 miliar.
Selain itu, PLTU 2x 100 MW yang digarap Tanjung Power Indonesia (TPI) di Kalimantan Selatan senilai US$ 550 juta.
Boy berharap, dalam jangka waktu empat hingga lima tahun ke depan, pendapatan ADRO bisa makin terdiversifikasi. Saat ini 60% pendapatan ADRO berasal dari tambang batubara. Sisanya, sekitar 30% dari bisnis logistik.
PLTU baru menyumbang pendapatan 10%. "Nantinya diharapkan dari ketiga bisnis itu menyumbang pendapatan, masing-masing sepertiga, jadi imbang," imbuh Boy.
Selain melakukan beberapa efisiensi dan menjaga kas, ADRO juga akan melakukan pembiayaan kembali utang anak usahanya. ADRO baru saja mendapat dua fasilitas perbankan senilai US$ 320 juta.
Pinjaman itu diperoleh anak usaha ADRO, PT Saptaindra Sejati, senilai US$ 200 juta, dan PT Maritim Barito Perkasa US$ 120 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News