Reporter: Dina Farisah | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Lonjakan imbal hasil surat utang negara (SUN) di pasar sekunder pada kuartal kedua tahun ini menyebabkan pemerintah gagal mencapai target lelang total Rp 60,45 triliun. Sepanjang kuartal kedua 2013, pemerintah hanya meraup dana Rp 47,41 triliun, termasuk lelang surat utang syariah negara pada lelang terakhir, Selasa (25/6). Untuk menambal kekurangan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) akan lebih agresif menerbitkan surat utang pada semester II-2013.
Andrew Arya Saputra, Investment Analyst Sucorinvest Asset Management mengatakan, potensi koreksi pasar obligasi masih membayangi lelang SUN pada kuartal berikutnya. Menurut Andrew, investor masih cenderung menahan diri. Di sisi lain, pemerintah mulai realistis dengan memberikan imbal hasil yang menarik. Melihat kondisi saat ini, Andrew merekomendasikan pemerintah menyasar pada penerbitan obligasi dan sukuk global.
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, Robert Pakpahan merinci, ada beberapa strategi untuk mengatasi kekurangan target pembiayaan. Pertama, menambah porsi obligasi negara ritel (ORI). Kedua, menambah porsi obligasi global. Ketiga, menjajaki private placement dengan institusi tertentu. Keempat, menambah target lelang di kuartal III dan IV. "Kuartal II kondisi pasar SUN kurang baik, utamanya disebabkan faktor global," jelas Robert Pakpahan kepada KONTAN, Selasa (25/6).
Direktur Strategi dan Portofolio Utang DJPU, Scenaider CH Siahaan mengatakan, pihaknya akan lebih agresif menerbitkan SUN pada kuartal IV-2013. Alasannya, realisasi penyerapan belanja digenjot pada kuartal akhir. DJPU berniat menerbitan SUN secara agresif mulai kuartal ketiga 2013.
Menurut Scenaider, target penerbitan SUN kuartal III lebih tinggi ketimbang kuartal II. DJPU masih menghitung target penerbitan SUN pada kuartal III itu. "Sekarang, ketidakpastian harga BBM sudah tidak dipermasalahkan. Investor dapat menghitung inflasinya, sehingga imbal hasil sudah bisa disesuaikan," ungkap Scenaider.
Saat ini, kekhawatiran investor lebih disebabkan oleh faktor global, terutama dari Bank Sentral Amerika Serikat yang berencana mengurangi stimulus moneter. Namun, Scenaider optimistis, kondisi pasar obligasi segera pulih. Sebab, investor tidak akan berlama-lama membiarkan dananya menganggur.
Fixed Income Analyst PT Mega Capital Indonesia, M Adra Wijasena menilai, gagalnya target penerbitan kuartal II 2013 lantaran investor meminta imbal hasil tinggi. Ia menambahkan, cara paling efektif untuk menutupi kekurangan target adalah lewat penerbitan obligasi global.
Selain dapat menutup defisit anggaran, obligasi global juga dapat mengapresiasi rupiah. Pemerintah juga dapat mengandalkan ORI. Dengan catatan, pemerintah harus memasang kupon menarik di kisaran 6,5%-7%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News