Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intraco Penta Tbk yakin, tren kenaikan harga batubara masih akan berpihak pada mereka. Bahkan, perusahaan berkode saham INTA di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut memperkirakan, tren bakal berlanjut hingga tahun 2019.
Sementara tahun 2017-2018 juga bertepatan dengan periode replacement alias pembaruan alat berat sejumlah perusahaan. "Ada siklus penjualan alat berat, biasanya setiap lima tahun kalau alat dipakai nonstop pasti harus ganti," ungkap Ferdinand Dion, Investor Relations Strategist PT Intraco Penta Tbk kepada KONTAN, Senin (22/1).
Makanya, tahun ini Intraco Penta berani mematok target pertumbuhan penjualan alat berat sebesar 25%. Berangkat dari catatan penjualan alat berat tahun lalu sebanyak 629 unit, berarti target tahun ini sekitar 786 unit.
Mungkin saja Intraco Penta mengejar pertumbuhan penjualan lebih tinggi. Kebetulan, permintaan alat berat di pasar dalam negeri masih lebih besar ketimbang pasokan yang ada. Namun sebagai pemasok, Intraco Penta tak bisa serta-merta menambah ketersediaan stok.
Untuk alat berat jenis truk besar dengan berat di atas 45 ton misalnya, konsumen Intraco Penta harus sabar menunggu inden selama tiga bulan hingga empat bulan. Sementara masa inden eskavator dengan beratkurang dari 20 ton lebih pendek, yakni kurang dari sebulan.
Melalui PT Intraco Penta Prima Servis, Intra Penta melego alat berat Volvo dan SDLG. Sementara anak perusahaan yang lain, yakni PT lntraco Penta Wahana adalah distributor tunggal alat konstruksi Sinotruk, Bobcat, Mahindra dan Doosan.
Menambah gudang
Target pertumbuhan volume penjualan alat berat Intraco Penta tahun ini tidak setinggi realisasi pertumbuhan penjualan tahun lalu. Penjualan 629 unit alat berat pada tahun 2017 tadi, setara dengan kenaikan 51,57% dibandingkan dengan catatan penjualan tahun 2016 yakni 415 unit.
Nilai penjualan alat berat unaudited Intraco Penta tahun lalu sebesar Rp 1,2 triliun. Sebagai perbandingan, penjualan alat berat tahun 2016 tercatat Rp 782,18 miliar.
Biarpun target tahun ini tak sebesar tahun lalu, usaha Intraco Penta tetap maksimal. Mereka mengalokasikan dana belanja modal senilai Rp 80 miliar. Sebagian besar untuk menambah bengkel dan gudang suku cadang. "Kami sebelumnya sudah punya gudang-gudang besar di Samarinda dan Balikpapan," terang Ferdinand.
Pemilihan kedua kota tersebut dengan pertimbangan mayoritas penjualan alat berat Intraco Penta dari wilayah pertambangan seperti Kalimantan dan Sulawesi. Total jaringan distribusi penjualan mereka ada 30 titik.
Mengawal PLTU Bengkulu
PERHATIAN PT Intraco Penta Tbk tahun ini tak semata pada bisnis alat berat. Mereka juga mengembangkan lini usaha yang lain berupa kelistrikan. Proyeknya berupa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Bengkulu dengan kapasitas 2x100 megawatt (MW).
Saat ini, proses pembangunan proyek setrum senilai US$ 360 juta tersebut sampai tahap 15%–20%. "Unit I kemungkinan selesai di Desember 2019, sementara unit II selesai di Februari 2020," tutur Ferdinand D., Investor Relations Strategist PT Intraco Penta Tbk saat dihubungi KONTAN, Senin (22/1).
Kalau PLTU Bengkulu beroperasi, Intraco Penta akan menadah pendapatan berulang dari dua pembangkit listrik. Pada tahun 2012, mereka sudah lebih dahulu mengoperasikan PLTU di Batam dengan kapasitas 2x55 MW. Belum ada proyek listrik lain yang mereka bidik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News