Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mulai bergerak naik setelah mencapai bottom di level Rp 81 pada akhir Desember 2022. Sejak awal tahun 2023 sampai dengan Senin (16/1), harga GOTO meningkat 17,58% menjadi Rp 107 per saham.
Analis Samuel Sekuritas Muhammad Farras Farhan mengatakan, penurunan harga GOTO sebenarnya dapat menjadi peluang investor untuk mengakumulasi sahamnya. Pasalnya, Farras melihat prospek yang positif pada GOTO seiring dengan potensi profitabilitas yang lebih cepat dari perkiraan.
Memasuki tahun 2023, GOTO memutuskan untuk menaikkan net take rate Tokopedia menjadi 4%. Hal ini berpotensi memberikan pendapatan tambahan hingga Rp 2,1 triliun (dengan asumsi annual transacting users alias ATU konstan).
"Kenaikan take rate sangat penting dalam misi GOTO untuk mencapai profitabilitas lebih cepat," kata Farras dalam risetnya baru-baru ini.
Baca Juga: Menghijau, Harga Saham GOTO & BBRI Kompak Naik di Perdagangan Bursa Senin (16/1)
Selain itu, GOTO berupaya dapat membukukan margin kontribusi positif dari Gojek dan GoTo Financial pada kuartal kedua 2023. Menurutnya, target tersebut sangat mungkin tercapai mengingat GOTO telah menaikkan net take rate Gojek menjadi 20,8% alias meningkat 1.600 basis points (bps) secara kuartalan.
Net take rate Gojek diperkirakan akan kembali dinaikkan sebesar 150 bps per kuartal sembari mengurangi biaya operasional. Kenaikan take rate dan upaya GOTO untuk meningkatkan margin kontribusi akan mendongkrak kinerja keuangan perusahaan.
"Pendapatan GOTO berpotensi mencapai Rp 19,2 triliun dan menekan rugi bersihnya hingga Rp 1 triliun menjadi Rp 16,5 triliun di sepanjang tahun 2023. Margin kontribusi positif tahunan pertamanya diperkirakan sebesar Rp 869 miliar," tutur Farras.
Baca Juga: Membedah Calon-Calon Saham Emiten Penghuni Indeks LQ45
Pada 2022, Farras memprediksi pendapatan GOTO sebesar Rp 12,34 triliun dengan rugi bersih Rp 27,33 triliun. Dengan begitu, pendapatan GOTO tahun 2023 diperkirakan naik 55,6% dan rugi bersihnya berkurang 39,6%.
Dalam riset tanggal 12 Desember 2022, Analis UBS Research (Navin Killa, Marissa Putri, dan Joshua Tanja) mengatakan, peningkatan kompetisi diantara Sea, Grab, dan GoTo membuat perusahaan menurunkan insentif dan memangkas beban umum dan administrasinya. UBS Research memprediksi, EBITDA disesuaikan GOTO dapat positif pada semester pertama tahun 2025, dari perkiraan sebelumnya di kuartal keempat 2025.
GOTO melaporkan EBITDA pada kuartal ketiga 2022 minus US$ 240 juta atau Rp 3,72 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.500 per dolar AS. Perusahaan ini menargetkan dapat mencapai EBITDA breakeven pada akhir 2024 atau awal 2025.
Baca Juga: Saham Berbasis Digital Masih Lemas Total, Simak Saran Analis
Dengan asumsi pengurangan insentif serta beban penjualan dan pemasaran sebesar US$ 50 juta-US$ 60 juta per kuartal, ditambah penurunan beban umum dan administrasi sebesar US$ 35 juta-US$ 40 juta, GOTO membutuhkan kenaikan pendapatan US$ 180 juta per kuartal untuk mencapai EBITDA breakeven sesuai target.
Dengan kenaikan take rate sebesar 1%-1,5% selama ini, gross merchandise volume (GMV) perlu tumbuh 15%-20% untuk mencapai EBITDA breakeven. "Ini seharusnya dapat dicapai mengingat run-rate GMV saat ini sebesar 25%-30%," kata ketiga analis UBS Research tersebut.
Selain itu, dengan saldo kas sebesar US$ 2 miliar dan burn rate sebesar US$ 250 juta per kuartal, UBS Research yakin kebutuhan penerbitan modal baru telah berkurang meskipun manajemen kemungkinan akan tetap melihat kesempatan ini.
Baca Juga: BRI Danareksa Yakin GOTO Bisa Capai Margin Kontribusi Positif di Q3-2023
Dalam riset bulan Desember 2022, Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis mengatakan, GOTO terlihat serius untuk mencapai EBITDA positif pada tahun 2025. Belum lama ini, GOTO melalukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal dan mengejar efisiensi yang merupakan bagian dari 130 inisiatif pengoptimalan biaya.
Lebih lanjut, strategi jangka panjang yang solid untuk menyediakan semua vertikal dan menciptakan pemenuhan jaringan yang masif harus tetap ada di peta pengembangan GOTO. "Dengan mempertahankan persaingan dan ekosistem yang komprehensif, GOTO akan tetap menarik bagi investor dan pemegang saham," kata Niko.
Niko merekomendasikan buy GOTO dengan target harga Rp 310 per saham. UBS Research juga merekomendasikan buy GOTO (sebelumnya sell) dengan target harga Rp 160 per saham.
Farras juga merekomendasikan buy GOTO dengan target harga Rp 130 per saham karena potensi kenaikan take rate, efisiensi yang lebih baik, dan valuasi yang menarik. Risiko utama investasi datang dari pertumbuhan pendapatan dan GTV yang lebih rendah serta burn rate yang lebih tinggi dari perkiraan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News