Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan properti yang mulai pulih di pengujung 2017 lalu belum sepenuhnya dirasakan oleh seluruh emiten di sektor ini. Beberapa emiten properti tak mencapai target prapenjualan atau marketing sales tahun lalu.
PT Ciputra Development Tbk (CTRA), misalnya. Pengembang ini mencetak marketing sales Rp 7,65 triliun sepanjang 2017 lalu. Nilai ini meleset dari target yang mencapai Rp 8,5 triliun. Kondisi yang sama dialami PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) yang cuma membukukan marketing sales Rp 2,2 triliun, atau 44% dari target awal perusahaan itu.
Begitu juga PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) hanya memenuhi 93% target marketing sales, yakni Rp 2,5 triliun. Namun, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang berhasil melampaui targetnya, sebesar Rp 3,6 triliun.
Antonia Febe Hartono, Analis PT Danareksa Sekuritas, mengatakan, lima perusahaan properti yaitu ASRI, CTRA, PWON, SMRA, dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) menorehkan marketing sales total Rp 23,1 triliun pada tahun lalu. Angka tersebut hanya 86,3% dari target keseluruhan lima emiten. "Namun, ada pertumbuhan marketing sales yang kuat pada Desember tahun lalu," ujar Antonia kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Antonia mengambil contoh, prapenjualan CTRA di bulan terakhir tahun lalu mencapai Rp 796 miliar. Perolehan ini ditopang oleh peluncuran tiga produk di daerah Batam, Maja, dan Yogyakarta. Sedangkan ASRI membukukan prapenjualan Rp 748 miliar dari penjualan lahan.
Penjualan di bulan ke-12 itu juga ditopang oleh harga jual pasar sekunder yang relatif datar. Menurut Antonia, selisih harga yang tipis, membuat konsumen lebih memilih rumah baru ketimbang rumah seken. Selisih harga rumah baru dan rumah seken pada Desember lalu hanya berada di kisaran 1%-3% saja.
Tapi tahun ini, sejumlah sentimen negatif masih akan membayangi kinerja emiten properti. Alhasil, Antonia memprediksikan, pertumbuhan total marketing sales 2018 dari kelima emiten properti cuma sekitar 8,3% dari pencapaian di 2017.
Javent Giovanny, Analis CIMB Sekuritas juga melihat, kinerja beberapa emiten properti tahun ini masih mengecewakan. Menurutnya, sektor properti tetap memiliki risiko terhadap kenaikan tingkat suku bunga acuan dan ketidakpastian politik. Apalagi, tahun 2018 merupakan tahun politik di Indonesia.
Prospek 2018
Dari beberapa emiten properti, Javent menilai, pertumbuhan BSDE, CTRA dan PT Jaya Real Properti Tbk (JRPT) masih cukup kuat di tahun ini. BSDE, misalnya, masih bisa mencatatkan kenaikan marketing sales hingga 16% pada tahun lalu.
Kinerja CTRA juga relatif masih baik, meski hanya mengantongi 90% dari target marketing sales 2017 lantaran keterlambatan peluncuran produk dan penjualan di Pulau Jawa yang lambat. Tahun ini, kinerja CTRA akan ditopang penjualan tanah dan properti di Luar Jawa.
Sedang JRPT, Javent memandang, kinerjanya akan positif karena memasang target pertumbuhan marketing sales tahun ini 5% jadi Rp 2,4 triliun-Rp 2,5 triliun.
Yualdo Tirtakencana Yudoprawiro, Analis RHB Sekuritas, menyebutkan, tahun ini marketing sales emiten properti akan menghadapi resiko penurunan terbatas. Meski begitu, dia menilai, sektor properti masih overweight. "Sekarang, sektor ini diperdagangkan 68% di bawah nilai aset bersih," ujarnya.
Yualdo merekomendasikan beli saham BSDE, dengan target harga Rp 2.650 per saham. Dia juga memasang rekomendasi beli ASRI dengan harga Rp 540. Untuk CTRA, ia merekomendasikan netral, dengan target Rp 1.250.
Sedangkan Jovent merekomendasikan beli saham BSDE dan CTRA pada target harga masing-masing Rp 2.200 dan Rp 1.600 per saham. Begitu juga saham JRPT, ia merekomendasikan beli dengan target harga Rp 1.200.
Sementara Antonia memberi rekomendasi netral untuk sektor properti. Tetapi, masih ada beberapa saham yang dia sarankan pada posisi beli. Contoh, saham BSDE, dengan target harga Rp 2.000 per saham, saham CTRA dengan target harga Rp 1.350, PWON dengan target Rp 720, dan SMRA dengan target harga Rp 1.100 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News