Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Akhirnya, PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) merilis juga laporan keuangan konsolidasi tahun 2012. Apesnya, tahun lalu rugi bersih ELTY membengkak menjadi Rp 1,20 triliun dari tahun 2011 yang tercatat sebanyak Rp 19,16 miliar.
Sebetulnya, pendapatan ELTY di tahun lalu masih naik 52,85% menjadi Rp 2,95 triliun. Ini berasal dari pendapatan penjualan tanah, rumah dari apartemen yang melonjak 70,4% dari Rp 1,25 triliun menjadi Rp 2,13 triliun di 2012. Laba kotor ELTY pun masih tumbuh menjadi Rp 1,62 triliun dari sebelumnya Rp 924,91 miliar.
Namun, pos bunga dan keuangan bersih ELTY yang pada tahun 2011 membukukan untung Rp 47,39 miliar, kini berbalik menjadi beban senilai Rp 473,80 miliar. Penyebabnya karena membengkaknya utang bank dan lembaga keuangan jangka pendek, yang nilainya naik hampir dua kali lipat menjadi Rp 418,96 miliar dari sebelumnya Rp 274,83 miliar. Itu sebabnya, ELTY merugi besar.
Belum lagi, ELTY juga mencatatkan akun "cadangan kerugian penurunan nilai" sebesar Rp 515,47 miliar, yang sebelumnya tidak pernah ada. Dalam penjelasannya, pihak ELTY menyebutkan akun ini berasal dari piutang PT Bakrie Infrastructure (BI) kepada PT Bakrie Toll Road (BTR).
ELTY telah menandatangani transaksi penjualan saham BTR kepada PT Karya Prima Investama (KPI) pada tanggal 19 April 2013. KPI adalah pihak ketiga yang menerima pengalihan transaksi pembelian BTR dari PT Zulam Alinda Sejahtera. Sebelumnya, pada 25 Oktober 2012, ELTY menjual 100% saham BTR kepada Zulam senilai Rp 150 miliar.
Selain itu, berdasarkan perjanjian jual beli 27 Desember 2012, ELTY juga menjual 50% kepemilikannya di PT Lido Nirwana Parahyangan kepada Zulam senilai Rp 923 miliar. ELTY lantas mencatatkan laba atas divestasi Lido sebesar Rp 5,61 miliar sebagai laba penjualan investasi saham entitas anak dan asosiasi.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities mengatakan, ditengah booming-nya pasar properti, besarnya kerugian yang ditanggung ELTY itu cukup ironis. Beban keuangan dari utang yang menggunung menjadi salah satu hal yang menghambat kinerja ELTY dan memberikan persepsi negatif bagi sahamnya. Dia memperkirakan, hingga akhir 2013, ELTY belum akan bisa memperbaiki laporan keuangannya. "Beban utang yang tinggi bisa terus menghambat kinerjanya," jelas Reza.
Bahkan penjualan beberapa aset besar milik ELTY, diyakini Reza, hanya akan sedikit membantu likuiditas jangka pendek. "Masih dipertanyakan, bagaimana ELTY mencari dana untuk mengembangkan bisnisnya selain hanya menjual aset," kata dia. Maklum, kas dan setara kas ELTY hingga akhir 2012 hanya Rp 268,37 miliar.
Lucky Bayu Purnomo, analis Remax Capital bahkan berpendapat, ada kecenderungan penjualan aset ELTY digunakan untuk membiayai utang perusahaan terafiliasinya yang lain, sehingga dikhawatirkan, penjualan aset itu tidak berdampak positif bagi ELTY. Kemarin, saham ELTY anteng di posisi Rp 50 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News