Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Golden Plantation Tbk (GOLL) terancam didepak dari bursa saham. Tepat pada 30 Januari 2021, saham perusahaan perkebunan ini telah di-suspend selama dua tahun atawa 24 bulan.
Berdasarkan keterbukaan informasi, Jumat (29/1), selain soal tenggat waktu, peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha juga menjadi alasan saham GOLL masuk kriteria delisting meski di sisi lain BEI masih memberikan waktu bagi perusahaan yang menunjukkan niat kelangsungan usaha (going concern).
Seperti diketahui, GOLL sebelumnya ikut terseret kasus PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA). Kasus tersebut turut membuat PT Bumi Raya Investindo dan PT Airlangga Sawit Jaya berstatus pailit.
Padahal, keduanya memiliki kontribusi terbesar untuk kinerja konsolidasi GOLL. GOLL sejatinya masih memiliki sejumlah anak usaha lain. Namun, aktivitas bisnisnya terhenti lantaran kekurangan dana operasional.
Baca Juga: Bursa Efek Indonesia (BEI) suspensi puluhan saham hari ini, ada apa?
Felicia Lukman, Sekretaris Perusahaan Golden Plantation menyebut, pihaknya masih berupaya mendapatkan investor yang bersedia masuk. Sehingga, kinerja keuangan ke depan menjadi lebih baik. "Itu kami lakukan untuk mempertahankan going concern perusahaan," kata Felicia dalam keterangan resmi 28 Januari lalu.
Dia menambahkan, GOLL juga masih berkomitmen penuh untuk memenuhi seluruh kewajiban non-finansial dan kewajiban finansial yang wajib dibayarkan baik kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun BEI. "Sampai saat ini, kami tidak memiliki intensi untuk delisting dari BEI," imbuh Felicia.
GOLL belum menyerahkan laporan keuangan 2019. Ini menjadi salah satu alasan saham GOLL disuspensi. Felicia menjelaskan, laporan keuangan periode ini tengah dalam proses penyelesaian dan ditargetkan rampung pada Februari 2021. GOLL juga belum menyampaikan laporan keuangan sepanjang periode tahun lalu.
Dia mengakui ada keterlambatan penyelesaian laporan keuangan. "Ini akibat pandemi yang membatasi tim bekerja 100% di kantor," imbuh Felicia.
Baca Juga: BEI dan OJK wajibkan emiten yang terkena forced delisting lakukan buyback saham
Sukarno Alatas, analis Kiwoom Sekuritas menyebut, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh investor ritel dalam kondisi seperti itu. "Karena mau jual di pasar nego pun belum tentu ada yang bersedia beli," ujar dia, Jumat (29/1).
Oleh sebab itu, kondisi yang tengah terjadi pada GOLL merupakan risiko investasi. Ini bisa menjadi pelajaran investor ke depan untuk lebih mengenali emiten yang memang memiliki fundamental dan prospek yang solid. "Ketika masuk saat IPO misalnya. Ini lebih untuk spekulasi, terlebih jika perusahaannya belum lama berdiri dan belum familiar," terang Sukarno.
PT Jom Prawarsa saat ini memiliki 2,8 miliar atau setara 76,42% saham GOLL. Sedangkan masyarakat memiliki 864,38 juta saham atau setara 23,58% sisanya.
Baca Juga: BEI akan menghapus pencatatan (delisting) saham First Indo (FINN) pada 2 Maret
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News