Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) berencana menggelar private placement atau penerbitan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu. SUPR akan merilis maksimal 10% saham dari modal disetor atau 113,76 juta saham.
Emiten ini akan menjual saham di harga minimal Rp 8.352 per saham dengan target dana mencapai Rp 950 miliar. Saat ini PT Kharisma Indah Ekaprima menguasai 491,38 juta saham atau 43,2% saham SUPR, sementara investor publik memiliki 355,56 juta atau 31,26% saham.
Dengan rencana ini, maka persentase kepemilikan masing-masing pemegang saham akan terdilusi sebesar 9,09%, apabila seluruhnya terserap. Hingga kemarin belum ada standby buyer yang akan menyerap penerbitan saham baru SUPR.
Manajemen akan memakai dana tersebut untuk pengembangan usaha dan atau tambahan modal kerja. Dana itu juga akan digunakan untuk pelunasan lebih awal sebagian utang. Namun, rencana tersebut harus menunggu persetujuan pemegang saham di Rapat Umum Pemegang Saham pada 27 Mei 2016.
Reza Priyambada, Kepala Riset NH Korindo Securities, mengatakan, bisnis emiten menara tergantung perkembangan bisnis telekomunikasi. Saat ini pelanggan emiten menara merupakan emiten telekomunikasi, khususnya untuk kebutuhan BTS dan bandwidth.
Langkah SUPR melaksanakan private placement merupakan salah satu strategi menjaring dana untuk pengembangan dan pembangunan menara. "Sebenarnya emiten menara itu bukan sektor padat modal, tapi mereka memiliki kebutuhan yang cukup besar, terutama pemeliharaan menara sehingga kebutuhan akan penyediaan menara menjadi cukup besar," ujar dia kepada KONTAN, Selasa (19/4).
Dengan prospek sektor telekomunikasi masih bersinar pada tahun ini, Reza yakin, akan berimbas positif ke emiten menara. Oleh karena itu, rencana SUPR melakukan private placement dinilai positif, apalagi mereka berencana menggunakan dana itu untuk memperkuat struktur permodalan.
Tetapi kita harus cek dulu, seberapa besar kontrak pengadaan menara yang mereka miliki. "Terutama untuk beberapa emiten yang sudah ada, apakah membutuhkan penambahan biaya dan sebagainya, karena ini akan berkaitan dengan kinerja mereka," lanjut dia.
Senada, Venny Victoria, analis MNC Securities, menilai, rencana SUPR mengeduk dana dari mekanisme private placement merupakan hal baik. Saat ini SUPR harus berlomba-lomba membangun BTS untuk mengakomodasi jaringan 4G LTE. Pembangunan BTS tentu membutuhkan modal besar.
Jika SUPR tidak memiliki dana cash, maka aksi korporasi merupakan cara yang tepat. Menurut Venny, pelaksanaan private placement ini lebih baik dibandingkan pinjaman bank. Sebab, private placement lebih mudah dan tidak berbelit-belit.
"Saya pikir jumlah Rp 950 miliar untuk memperkuat modal kerja dan tidak akan digunakan untuk membayar utang," ujar dia. Saat ini, emiten menara hanya dikuasai tiga pemain, yakni SUPR, TBIG dan TOWR.
Ketiganya harus mengembangkan jaringan untuk mengakomodasi permintaan emiten telekomunikasi yang semakin besar. Bagi SUPR, tentu langkah ini demi mempertahankan posisi di tiga besar emiten menara.
Tahun lalu, SUPR berhasil memangkas utang dari Rp 11 triliun menjadi Rp 8 triliun. Di saat yang sama, SUPR mencatatkan kinerja positif dengan gross profit Rp 1,4 triliun atau naik 69%. Sementara laba bersih tahun lalu mencapai Rp 136 miliar dibandingkan 2014 yang rugi Rp 380 miliar.
"Tahun ini ancaman kurs mereda dan bottom line SUPR akan lebih bagus," tutur Venny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News