Reporter: Auriga Agustina | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah yang akan mengucurkan dana Rp 5,2 triliun untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, nampaknya akan menjadi angin segar untuk emiten rumahsakit.
Direktur PT Royal Prima Tbk (PRIM) Michael Mok Siu Pen mengatakan, dengan adanya sentimen tersebut, cash flow Royal Prima tentu akan positif. Sebab, pemerintah terus berupaya untuk memberikan pelayanan kesehatan melalui BPJS.
PRIM memiliki dua rumahsakit. Tak tanggung-tanggung, pelayanan BPJS berkontribusi 60% ke total pendapatan Royal Prima sepanjang tahun ini. Hingga akhir tahun nanti, jaringan rumahsakit Royal Prima akan bertambah menjadi empat.
Analis Mega Capital Sekuritas Adrian M Priyatna, mengatakan, suntikan dana ke BPJS tentu akan menjadi sentimen positif untuk rumahsakit yang akan menerima volume BPJS. Akan tetapi dia mengatakan hanya saja kemungkinan rumahsakit akan mempertimbangkan untuk menahan penambahan rumahsakit baru, "Dikhawatirkan adanya hambatan pencairan BPJS dapat terulang lagi," kata Adrian kepada Kontan.
Namun hal ini tidak untuk PRIM dan juga PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA). Kedua rumahsakit swasta tersebut akan gencar melakukan ekspansi untuk membangun rumah sakit di tahun depan.
Sebelumnya Direktur PRIM Michael bilang, momentum suntikan dana yang akan diberikan oleh pemerintah kepada BPJS tidak akan disia-siakan oleh perusahaan rumahsakit. "Tahun 2019 kan semua penduduk desa juga harus menggunakan BPJS, jadi semua rumahsakit kami akan menggunakan layanan BPJS, makanya tahun depan kami ekspansi dua rumahsakit lagi," kata Michael.
Sementara itu Aditya Widjaja, Investor Relations MIKA mengaku, bahwa masalah BPJS tidak akan mengganggu ekspansi Mitra Keluarga. Sejatinya, pada tahun depan MIKA akan kembali membangun dua rumahsakit di Bintaro dan Jatiasih. Bahkan rumahsakit yang akan dibangun di Jati Asih dipersiapkan MIKA untuk rumahsakit BPJS.
"Jatiasih memang kami persiapkan untuk rumahsakit BPJS, mulai dari bisnis proses dan juga layout bangunan sudah kami sesuaikan dengan model bisnis rumahsakit BPJS," jelasnya. Nilai investasi yang akan dibangun di Jatiasih dengan kapasitas 100 bed adalah senilai Rp 80 miliar. Sebagai informasi saja, pelayanan BPJS terhadap kontribusi pendapat MIKA sepanjang tahun ini 10%-30%.
Aditya mengatakan, komitmen dari pemerintah untuk tetap menyuntikan dana ke BPJS merupakan sinyal positif untuk industri kesehatan. Hal ini menunjukkan adanya kepastian pembayaran dari BPJS tersebut. "Selama ini kan kepastian pembayaran, posisi BPJS defisit tentu ini akan menjadi perhatian bagi para rumahsakit apakah klaim mereka akan terbayar atau tidak," jelasnya.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, suntikan dana dapat membantu, jika emiten memiliki pengeluaran yang bersifat mendukung kegiatan operasional. Dia mengatakan, rumahsakit yang akan melakukan ekspansi dengan memperioritaskan pasien BPJS akan menjadi perhatian investor.
Sementara itu Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai, emiten yang akan ekspansi penambahan rumahsakit yang melayani BPJS akan mendapat katalis positif. Pasalnya, saat ini emiten yang melantai di BEI adalah rumahsakit swasta yang lebih memperioritaskan private patient. "Pelayanan BPJS justru bagus untuk rumahsakit yang akan melakukan ekspansi," kata Nafan.
Secara teknikal Nafan merekomendasikan buy MIKA dengan target harga jangka pendek hingga menengah Rp 1.710. Sementara untuk saham PRIM dia merekomendasikan wait and see terlebih dahulu, karena masih dalam downtrend.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News