Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Giatnya China dalam menginisiasi penggunaan energi ramah lingkungan menjadi bumerang bagi harga batubara di pasar global. Efeknya, analis menduga sulit berharap harga batubara mengalami penguatan signifikan di masa mendatang.
Mengutip Bloomberg, Jumat (22/5) harga batubara kontrak pengiriman Juni 2015 di ICE Futures Europe tercatat bergerak stagnan di level US$ 57,05 per metrik ton sama dengan hari sebelumnya. Pada Senin (25/5) pasar Eropa tidak melakukan perdagangan. Begitu pun dalam sepekan terakhir harga batubara merosot 1,70%.
Ibrahim, Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka menjelaskan bahwa keadaan batubara saat ini dikelilingi oleh sentimen negatif. Pasalnya selain harus berhadapan dengan perekonomian global yang lesu, juga terseret isu lingkungan.
“China sebagai produsen dan konsumen penting batubara sedang menggalakkan penggunaan energi ramah lingkungan,” kata Ibrahim. Ini membuat China lebih selektif memilih batubara yang digunakan yakni dengan kalori di atas 6.000. Padahal saat ini yang beredar di pasar mayoritas adalah batubara dengan kualitas standar atau di bawah 5.000.
Tidak hanya itu, keputusan China untuk menjalin kerja sama dengan Rusia dalam membangun kilang cadangan gas juga menjadi sinyal yang buruk bagi batubara. Seperti yang diketahui, penggunaan batubara untuk pembangkit listrik kini banyak dialihkan menjadi gas alam. Sebabnya, gas alam memiliki efek minim terhadap lingkungan.
“Apalagi jika melihat harga gas alam yang terus turun, maka pelaku pasar jelas memilih untuk beralih,” kata Ibrahim.
Berkaca pada hal ini, Ibrahim menilai sulit bagi harga batubara untuk kembali menguat dalam waktu dekat. Harga bisa saja semakin terpuruk di masa mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News