Reporter: Yuthi Fatimah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga emas naik ke level tertinggi dalam tiga pekan setelah bank sentral China, People's Bank of China (PBoC), memangkas suku bunga. Penurunan bunga ini menimbulkan spekulasi naiknya permintaan logam mulia sebagai lindung nilai. Kenaikan harga juga ditopang rencana sejumlah negara meningkatkan pembelian emas.
Mengutip Bloomberg, Jumat (21/11), harga kontrak pengiriman emas Desember 2014 di Commodity Exchange sebesar US$ 1.197,70 per ons troi, naik 0,58% dari hari sebelumnya. Sepekan terakhir, harga emas naik 1,01%. PBoC memangkas suku bunga acuan pertama kalinya sejak Juli 2012 untuk mendorong laju ekonomi negara terbesar kedua dunia ini.
Acuan bunga pinjaman setahun dipangkas 40 basis poin menjadi 5,6%. Bunga deposito turun 25 basis poin ke 2,75%. Suku bunga acuan ini mulai berlaku akhir pekan lalu. "Orang-orang akan membeli emas sebagai lindung nilai setelah China mendorong pertumbuhan ekonominya. Kami juga melihat kenaikan permintaan emas fisik," kata Miguel Perez-Santalla, Manajer Penjualan dan Pemasaran Heraeus Logam New York LLC.
Analis PT Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra juga mengatakan, data perekonomian Amerika Serikat (AS) terlihat bagus. Inflasi inti bulan Oktober sesuai ekspektasi, sebesar 0,2%, naik dari bulan sebelumnya, 0,1%. Sedangkan, inflasi tahunan naik ke 1,8% dari 1,7%. "Di sini, posisi emas menjadi lindung nilai terhadap inflasi", kata Putu.
Permintaan emas
Putu menambahkan, kenaikan harga emas juga ditopang oleh referendum bank sentral Swiss untuk meningkatkan cadangan devisa emasnya. "Ini jadi sentimen positif bagi emas," ujar Putu.
Selain referendum bank sentral Swiss, analis PT Central Capital Futures Wahyu Triwibowo Laksono berpendapat, harga emas bakal meningkat karena Rusia juga berencana menambah pembelian emas. Namun demikian, kenaikan tersebut hanya tren jangka pendek.
"Harga emas masih akan jatuh karena prediksi The Fed yang akan menaikkan suku bunga," jelas Wahyu. Menurut Putu, pergerakan harga emas masih sideways.
"Beberapa hari terakhir emas bergerak di kisaran US$ 1.170-US$ 1.250 per ons troi. Kalau sudah di atas US$ 1.250 per ons troi, baru akan terlihat arah harga emas selanjutnya," jelas Putu. Secara teknikal, menurut Wahyu, stochastic menunjukkan jenuh beli di level 80%. RSI landai di level 56%. MACD bergerak ke arah negatif, mengindikasikan pelemahan harga. Moving average (MA) juga memberikan sinyal bearish karena harga berada di bawah MA 50, 100, dan 200.
Sepekan ke depan, Wahyu menduga, support harga emas berada di US$ 1.184 dan US$ 1.144. Adapun resistance di US$ 1.209 dan US$ 1.222 per ons troi. Prediksi Putu, harga akan bergerak di US$ 1.150-US$ 1.225 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News