Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga emas sudah naik selama tiga pekan berturut-turut. Mengutip Bloomberg, Jumat (21/10) lalu, harga emas kontrak pengiriman Desember 2016 di Commodity Exchange menguat tipis 0,02% ke US$ 1.267,7 per ons troi. Sepekan terakhir, harganya menanjak 0,97%.
Meski begitu, investor emas jangan buru-buru senang. Analis SoeGee Futures Alwi Assegaf mengatakan, aksi bargain hunting dari investor yang memanfaatkan murahnya harga emas kembali menjadi faktor utama penopang harga emas.
"Namun secara keseluruhan, kenaikannya makin terbatas," ujar dia. Maklum, indikasi kenaikan suku bunga The Fed kini semakin jelas.
Pekan lalu, Amerika Serikat (AS) mengumumkan data penjualan rumah di September naik 3,2% dibanding bulan sebelumnya. Tambah lagi, Gubernur The Fed negara bagian New York William Dudley membuat pernyataan bernada hawkish, yang memperkuat indikasi Fed funds rate akan segera naik.
Padahal, emas adalah aset yang paling dicari ketika suku bunga rendah. Untungnya, beberapa bank sentral dunia masih menerapkan suku bunga rendah. Misal, European Central Bank (ECB) masih mematok bunga di level 0%. Hal ini akan menahan harga emas turun dalam.
Gubernur ECB Mario Draghi juga masih membuka peluang menambah stimulus ekonomi di Desember nanti. Tapi ECB menolak membahas penarikan kembali program pembelian aset € 1,7 triliun.
Pernyataan tersebut membuat euro terjun bebas dan akhirnya mengangkat dollar AS. Alhasil, harga emas terpuruk. "Jika ECB menekankan pelonggaran moneter, mungkin emas bisa terangkat. Tetapi karena tidak ada kejelasan, justru menjadi tekanan ke mata uang euro," kata Alwi.
Bergantung Brexit
Research and Analyst Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menjelaskan, sinyal kenaikan suku bunga The Fed di akhir tahun bukan hal yang baru. Tetapi dollar AS kian perkasa akibat ambruknya nilai tukar euro. "Plus belum ada momentum baru untuk pergerakan harga emas," kata dia.
Karena itu, pergerakan harga emas akan tergantung pada probabilitas kenaikan suku bunga The Fed. Saat ini kemungkinan naiknya suku bunga The Fed mencapai 66%. Jika persentase makin besar, harga emas akan turun lagi.
Alwi menambahkan, isu kenaikan suku bunga The Fed yang terus membayangi membuat harga emas sulit naik tinggi. Tren harga emas bisa berbalik positif jika terjadi ketidakpastian ekonomi setelah keluarnya Inggris dari Uni Eropa atawa Brexit.
Meski belum ada rincian prosesnya, pasar masih cemas dengan adanya hard Brexit, yakni bisa proses Brexit ternyata memakan waktu panjang dan menimbulkan dampak buruk ke perekonomian.
"Ini bisa mengangkat emas sebagai safe haven. Hanya tinggal lebih kuat mana antara pengaruh isu Brexit dengan kenaikan suku bunga The Fed," papar Alwi.
Dengan asumsi kenaikan suku bunga The Fed terjadi di bulan Desember, Putu menghitung harga emas akan bergerak di kisaran US$ 1.210–US$ 1.320 hingga akhir tahun. Sedangkan peluang kenaikan suku bunga di bulan November nyaris tidak ada, lantaran bersamaan dengan pemilihan presiden AS.
Sedang menurut hitungan Alwi, penguatan harga emas akan terbatas hingga US$ 1.300 per ons troi di akhir tahun. Sedangkan peluang koreksi juga terbatas di US$ 1.200 per ons troi.
Dari sisi teknikal, Putu melihat harga emas bergerak di bawah moving average (MA) 50, MA100 dan MA200. Indikator moving average convergence divergence (MACD) naik tetapi berada di level negatif 18. Indikator stochastic turun di level 78 dan relative strength index (RSI) turun di level 65.
Pada awal pekan, pasar akan mencermati pidato Dudley dan Gubernur The Fed St. Louis James Bullard. Putu memprediksi, hari ini (24/10) emas akan bergerak pada rentang US$ 1.256–US$ 1.274 per ons troi. Sedangkan sepekan ke depan, Alwi memperkirakan harga emas akan bergerak di kisaran US$ 1.241–US$ 1.300 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News