Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pada transaksi pagi ini (12/3), rupiah kembali mencatatkan pelemahan. Data Bloomberg menunjukkan, pada pukul 09.35 WIB, rupiah di pasar spot mencatatkan pelemahan sebesar 0,2% menjadi 11.418 per dollar AS.
Sementara itu, rupiah di pasar offshore untuk pengantaran satu bulan ke depan melemah 0,1% menjadi 11.489 per dollar AS. Dengan demikian, posisi rupiah di pasar offshore ditransaksikan lebih lemah 0,6% dibanding posisi rupiah di pasar onshore.
Pelemahan rupiah terjadi setelah mengalami reli yang cukup besar tahun ini. Sekadar mengingatkan, pada 10 Maret lalu, posisi rupiah sempat mencapai level tertinggi dalam empat bulan terakhir dan sudah menguat 6,6% sepanjang tahun ini. Kondisi ini menjadikan rupiah sebagai mata uang dengan performa terbaik di antara 150 mata uang yang dihimpun Bloomberg setelah shilling Somalia.
Sentimen lain yang juga mempengaruhi mata uang Garuda adalah penurunan pada tingkat ekspor China sebesar 18,1% pada Februari lalu. Kondisi ini dikhawatirkan akan mempengaruhi neraca perdagangan Indonesia. Pasalnya, China merupakan pasar terbesar ekspor Indonesia.
"Pasar saat ini tengah mengambil napas sejenak setelah mencatatkan reli yang cukup kuat beberapa waktu terakhir. Neraca perdagangan China akan turut mempengaruhi Indonesia, meskipun dampaknya akan delay untuk beberapa bulan ke depan," jelas Nurul Eti Nurbaeti, head of treasury PT Bank Negara Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News