Reporter: Wahyu Satriani, Dina Farisah | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Memasuki kuartal-II, manajer investasi (MI) bersiap menghadapi risiko koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Maklum saja, telah IHSG berkali-kali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa. Dihitung sejak awal tahun ini, IHSG telah menguat sebesar 12,99%.
Kondisi itu membuat MI harus merancang strategi berbeda di kuartal ini untuk meracik portfolio agar perolehan return reksadana bisa maksimal. Head of Investment PT Henan Putihrai Asset Management, Finny Fauzana mengatakan, Henan akan lebih selektif memilih saham sebagai aset dasar reksadana.
Selain itu, mengantisipasi IHSG yang rawan akan koreksi, Henan menerapkan pola trading jangka pendek sekitar empat hari hingga 14 hari dalam memutar portofolio. "IHSG saat ini sudah price in. Sehingga Henan lebih menahan diri dan akan melakukan penjajakan terlebih dahulu dan mengurangi agresifitas di saham," kata Finny.
Oleh karena itu, Henan tidak akan menambah bobot saham di kuartal II ini. Artinya, porsi saham tetap berada dikisaran 80% dari total dana kelolaan. Adapun sisa dana kelolaan disimpan dalam bentuk kas. "Kami bisa juga memperbesar porsi kas," ujar Finny, kemarin (11/4).
Perbesar blue chips
Sementara, Emco Asset Management akan memperbesar porsi saham-saham blue chips. Saham di sektor infrastruktur yang menjadi andalan di kuartal-I akan dikurangi dan akan beralih pada saham bluechips yang relatif lebih kebal terhadap koreksi IHSG.
Direktur PT Emco Asset Management, Hans Kwee bilang, selain itu pemilihan saham blue chips juga untuk meminimalisir dampak tekanan inflasi dan rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) di tahun ini.
Adapun saham-saham blue chips pilihan Emco di kuartal-II antara lain PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS).
Christian Hermawan, Direktur PT Sucorinvest Asset Management mengatakan, perusahaannya tidak banyak mengubah strategi portofolio di kuartal ini. Sucorinvest hanya akan mengurangi porsi aset reksadana di saham-saham sektor properti. Sebab, sektor ini cukup rentan terhadap tekanan kenaikan inflasi.
Vilia Wati, analis PT Infovesta Utama melihat, sektor konsumsi masih memiliki prospek baik pada kuartal II. Sektor ini bersifat defensif ini cenderung mampu berkinerja baik di berbagai kondisi perekonomian. Sektor konsumer terbantu oleh pertumbuhan kelas menegah di Indonesia yang berdampak pada peningkatkan daya beli masyarakat. Selain itu, tren gaya hidup modern juga diperkirakan akan menopang sektor konsumer untuk mampu mencetak kinerja yang baik di tahun ini.
Di tengah kondisi IHSG yang rentan koreksi serta tekanan inflasi yang mengancam, Vilia mengingatkan para MI untuk lebih selektif. Pemilihan saham sebagai aset dasar reksadana harus berdasarkan dari fundamental dan prospek bisnis ke depannya.
Selain itu, untuk menambah dana kelolaan, para MI juga harus lebih aktif memperluas jangkauan pemasaran produk reksadana, melalui distribusi pemasaran maupun kemudahan dalam berinvestasi bagi para investor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News