Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) optimistis atas prospek entitas anak dan asosiasi di tahun 2022. Kinerja bisnis diproyeksikan bertumbuh, lewat bisnis KFC, Indomaret, Sari Roti, serta FiberStar.
Untuk diketahui, DNET merupakan induk usaha atas entitas asosiasi PT Indomarco Prismatama (Indomaret), PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Fastfood Indonesia Tbk (FAST) dan induk dari entitas anak, yaitu PT Mega Akses Persada (MAP/ FiberStar).
Presiden Direktur Indoritel, Haliman Kustedjo, mengatakan, pertumbuhan kinerja ini tidak lepas dari strategi DNET yang fokus pada investasi di tiga entitas asosiasi dan entitas anak.
"Kebijakan investasi pada entitas asosiasi dan kinerja entitas anak berjalan pada jalur yang tepat, sebagaimana tercermin pada laporan keuangan di triwulan I-2022, perseroan membukukan kinerja positif," kata Haliman dalam paparan publik virtual, Selasa (19/7).
Haliman menambahkan, sinergi antara entitas anak dan asosiasi akan memungkinkan Indoritel untuk terus meraih peluang-peluang yang ada.
Baca Juga: Kepemilikan Saham Grup Salim di Atas 5% pada Bank Mega Hilang Senin (28/3), Ada Apa?
"Sehingga, menjaga pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan dan berkontribusi positif atas pertumbuhan ekonomi nasional khususnya di sektor konsumer dan ritel," sambung Haliman.
Adapun secara konsolidasi, pendapatan Indoritel pada tiga bulan pertama 2022 ini tumbuh 66,2% menjadi Rp 225 miliar, dibandingkan kinerja periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 135 miliar.
Di tahun ini, PT Indomarco Prismatama (Indomaret) ditargetkan dapat membuka sebanyak 1.200 gerai baru. Hingga akhir semester I-2022, jumlah total gerai Indomaret berjumlah sekitar 20.200 gerai.
DNET tercatat memiliki sekitar 40% saham di Indomarco. Penjualan pada tahun 2021 yang tercatat mencapai Rp 90,6 triliun dan laba bersih Rp 2 triliun menjadikan Indomaret sebagai kontributor terbesar laba bersih entitas asosiasi.
Selanjutnya, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang merupakan emiten waralaba KFC dan Taco Bell ditargetkan dapat membuka 10 gerai KFC dan 5 gerai Taco Bell di tahun ini. Saat ini, KFC memiliki 727 gerai di seluruh Indonesia serta 3 gerai Taco Bell.
DNET tercatat memiliki 35,84% saham PT Fast Food Indonesia Tbk. FAST memiliki market cap sebesar Rp 3,7 triliun sebagai salah satu pemilik jaringan waralaba makanan cepat saji terbesar dan terpopuler di Indonesia.
Baca Juga: Meski Grup Salim Beli Saham Bank Mega, Pemegang Pengendali Tetap Ada di Mega Corpora
Sementara di PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), Indoritel memiliki saham sebesar 25,77% dari produsen roti dengan merek Sari Roti tersebut. Haliman mengklaim, ROTI telah memegang sekitar 90% pangsa pasar di Indonesia.
Saat ini, ROTI sedang membangun pabrik ke-15 yang berlokasi di Pekanbaru yang diharapkan selesai akhir tahun ini. Total pabrik yang dimiliki tercatat 14 pabrik yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
ROTI memiliki market cap sebesar Rp 7,9 triliun dengan pendapatan per akhir tahun 2021 sebesar Rp 3,29 triliun dan laba bersih Rp 281 miliar.
Selain itu, bisnis layanan internet juga menjadi perhatian DNET yang dijalankan oleh PT Mega Akses Persada (MAP) dengan merek dagang jaringan serat optik pita lebar, FiberStar.
Di sepanjang tahun 2021, home-connected telah mencapai 269.727 pelanggan, dengan didukung oleh 31.035 km gelaran kabel fiber optik untuk layanan internet berkecepatan tinggi dengan tingkat realibilitas tinggi.
Haliman bilang, DNET berhasil meningkatkan penetrasi pasar di Indonesia sehingga sambungan pelanggan terus meningkat secara eksponensial. Layanan prima tersebut sudah menjangkau 135 kota/kabupaten per 31 Desember 2021.
Adapun FiberStar pada tahun 2022 ini ditargetkan memiliki gelaran kabel sepanjang 37.803 km dengan target home connected yang berkontribusi terhadap pendapatan sebesar 327.000-unit atau tumbuh 21,23% yoy.
Haliman mengatakan, pencapaian tersebut membuat Indoritel sebagai perusahaan induk memiliki sumber pendapatan yang solid. Masuknya teknologi baru 5G dan potensi pertumbuhan bisnis berbasis Internet of Things (IoT) diharapkan bisa berdampak positif terhadap perseroan.
Baca Juga: Makin Agresif, Grup Salim Kantongi Saham di Tiga Bank Ini
Ke depan, DNET optimis pada pertumbuhan kinerja bisnis ritel seiring kondisi pandemi covid-19 terkini yang berangsur pulih. Pulihnya aktivitas masyarakat berdampak baik untuk bekerja, sekolah maupun aktivitas lain akan mendorong kembali roda perekonomian.
"Hal ini diharapkan berdampak positif pada entitas asosiasi yang bergerak di sektor konsumen dan ritel tersebut," ucap Haliman.
Untuk memuluskan rencana bisnis, DNET mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 700 miliar di tahun ini.
Sebagai informasi tambahan, pada akhir tahun 2021 pendapatan dari kontrak dengan pelanggan meningkat 72,72% menjadi Rp 844,41 miliar dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 488,88 miliar.
Dari sisi bottom line, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sepanjang 2021 tumbuh 186,81% menjadi Rp 943,11 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News