Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Kabar baik itu datang dari Eropa. Bank Sentral Eropa (ECB) pekan lalu memangkas bunga utama menjadi 0,05% dan deposito menjadi minus 0,2%. Bukan hanya itu, ECB berniat menggelontorkan stimulus berkisar € 700 miliar hingga € 1 triliun.
Rencana stimulus ini tentu mengembuskan sentimen positif ke pasar modal domestik. Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto beranggapan stimulus Eropa dapat mendorong masuk dana asing ke Indonesia (capital inflow). Lantaran murahnya dana di sana, imbal hasil (return) di Indonesia menjadi tinggi. “Ini bisa mengangkat indeks lagi,” ujar David.
Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo menilai efek dari kebijakan ECB belum terlihat pada IHSG, akhir pekan lalu. Aliran dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia memang terbilang jumbo. Sejak awal tahun hingga pekan lalu (ytd), pemodal asing mencetak net buy di Bursa Efek Indonesia mencapai Rp 57,41 triliun. Hal ini lantaran respons asing terhadap hasil pemilu Indonesia cukup bagus.
Jika stimulus ECB menarik masuk dana asing ke Indonesia, Satrio bilang asing akan masuk ke saham big caps. Adapun David menerka asing melirik saham perbankan seperti BMRI, BBRI, BBNI dan BBCA. Untuk infrastruktur antara lain TLKM dan PGAS.
David juga melihat pemodal asing bisa mengincar surat utang Indonesia. Opsinya adalah obligasi korporasi yang berperingkat AAA. Surat Utang Negara (SUN) pun akan menjadi pilihan.
Namun Satrio menilai aliran dana asing belakangan ini tak sederas perkiraan semula. Menurut dia, aksi pemodal asing masih minim dengan net buy harian berkisar Rp 100 miliar hingga Rp 200 miliar.
Lambannya aliran dana asing inilah yang menjadi indikasi pemodal cenderung wait and see. Pelaku pasar masih mencermati perkembangan politik dalam negeri. Pasar menunggu peralihan kekuasaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Joko Widodo. Faktor lain yang tak kalah penting adalah: kenaikan harga BBM bersubsidi.
Yang pasti, menurut Satrio, stimulus ECB justru bisa mendongkrak perekonomian China. Jika ekonomi Tiongkok membaik, ini dapat mengerek harga komoditas. Dus, saham sektor batubara dan CPO bisa tumbuh cemerlang.
Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menilai pengaruh stimulus ECB tak berefek besar. Menurut dia, faktor yang dapat mempengaruhi IHSG adalah suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate.
Satrio menebak, IHSG masih bisa naik menuju 5.315 hingga 5.425 dalam jangka pendek. Hingga akhir tahun, Satrio dan William memperkirakan indeks bisa menyentuh 5.650. Adapun David menerka IHSG bisa menembus 5.300 sampai akhir 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News