Reporter: Anna Marie Happy | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Eropa suram, poundsterling menguat. Valuta Inggris itu naik ke posisi tertingginya selama dua pekan terakhir, setelah para pemimpin negara zona euro gagal mencapai kata sepakat.
Sterling naik mengikuti harga obligasi pemerintah Inggris yang menanjak, begitu Kanselir Jerman, Angela Markel, dan Presiden Prancis, Francois Hollande, dikabarkan tidak satu suara dalam pertemuan yang membahas krisis utang, akhir pekan lalu. Kendati menguat terhadap euro, namun sterling melemah terhadap dolar AS. Maklumlah, ekonomi Inggris, kini, tidak terlalu cerah.
Satu pertandanya adalah indeks bisnis di Inggris yang sudah menurun selama lima bulan terakhir. Lembaga riset Ifo Institute, Munich, memperkirakan indeks tersebut per September sebesar 101,4, turun dari angka per Agustus, yaitu 102,3. "Ketika ekonomi Inggris mulai membaik, sterling akan beraksi sebagai safe haven," ujar Chief Currency Strategist Bank of New York Mellon Corp, London.
Penguatan poundsterling terhadap euro juga terbantu keputusan badan legislatif Yunani. Parlemen negeri itu menunda pembahasan pemotongan anggaran dan penerimaan dana bantuan selama sepekan.
Analis Universal Broker Indonesia, Alwy Assegaf, mengatakan, fokus pasar saat ini kembali ke masalah krisis utang di Eropa. Euro kembali tertekan setelah yield obligasi pemerintah Spanyol naik. Pemodal global pun beralih ke valuta safe haven, seperti dollar AS dan yen.
Pengumuman pemerintah Spanyol tentang bailout, akan menentukan arah valuta di Eropa. "Ada spekulasi Spanyol akan menerima bailout. Jika itu terjadi, ada sentimen positif bagi valuta beresiko," ujar dia.
Head of Trading Commonwealth Bank, Veni Kriswandi, menambahkan, euro dan valuta beresiko yang lain, tidak mampu melanjutkan keperkasaannya setelah euforia quantitative easing ketiga berakhir. Fokus pasar kini beralih ke zona Eropa.
Ekonomi Jerman yang merupakan mesin ekonomi utama euro, kini sedang lesu. Itu terlihat dari indeks bisnis Jerman yang merosot ke level terendah selama setahun terakhir. Dalam situasi itu, sterling menjadi pilihan di Eropa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News