Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tekanan bagi sterling tidak hanya datang dari penantian hasil pertemuan Bank of England yang dijadwalkan malam ini. Tapi juga dari kemungkinan keluarnya Inggris dari zona Eropa.
Mengutip Bloomberg, Kamis (4/2) pukul 17.25 WIB pasangan GBP/USD memang menguat 0,33% ke level 1,4651 dibanding hari sebelumnya.
Hal ini karena pelaku pasar sedang mengantisipasi pertemuan BOE. Diprediksi BOE masih akan memberikan pemaparan negatif mengenai outlook ekonominya dan tertahannya potensi kenaikan suku bunga lanjutan BOE.
Namun beban bagi poundsterling menurut Goldman Sachs Group Inc tidak hanya itu. Jika nantinya dalam referendum yang dijadwalkan pada Juni 2016, rakyat Inggris memutuskan untuk meninggalkan zona Eropa, GBP bisa turun sekitar 20% dari level saat ini. Itu artinya bisa menyentuh 1,1500 – 1,2000 dibanding posisi saat ini. Level itu juga akan menjadi posisi terendahnya sejak 1985 silam.
Robin Brooks, Ketua Analis Chief Currency Goldman Sachs Group Inc mengatakan Brexit atau keluarnya Inggris dari zona Eropa akan menyebabkan total interupsi. Tidak bisa dihindari akan terjadi capital outflow besar-besaran di pasar keuangan Inggris.
Pelemahan tidak hanya akan terjadi pada sterling dihadapan the greenback tapi juga dihadapan euro. Jika per pukul 17.25 WIB EUR/GBP sudah unggul 0,16% di level 0,7616 bukan tidak mungkin setelah Brexit, GBP bisa melemah 90 – 95 pence per euro.
“Saat ini pergerakan sterling memang sedang berat, banyak tekanan dari berbagai arah. Sehingga untuk jangka pendek trennya bearish,” analisa Nizar Hilmy, Analis SoeGee Futures.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News