Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain harga ayam broiler dan day old chicken (DOC), fluktuasi harga jagung sebagai bahan baku pakan juga akan menjadi salah satu sentimen yang memengaruhi kinerja PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN).
Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Ike Widiawati menerangkan, salah satu sentimen yang cukup memengaruhi kinerja CPIN pada tahun ini adalah harga bahan baku jagung. Fluktuasi harga jagung akan berimplikasi pada biaya operasional dari CPIN. Ike bilang, saat ini pasokan jagung dalam negeri sedang mengalami pertumbuhan. Walau begitu, masih diperlukan campur tangan pemerintah untuk mampu meningkatkan pasokan jagung.
Hal ini agar dapat lebih menstabilkan harga jagung sehingga membantu CPIN dalam menjaga biaya pembelian bahan baku untuk poultry feed. Tapi, belakangan Ike mendapatkan informasi bahwa harga jagung petani sudah turun bahkan terbilang cukup besar. Sehingga ini justru berpotensi menjadi sentimen negatif jika terus berlanjut.
“Katalis positif yang lain juga akan datang dari langkah CPIN yang mengekspor produk olahan unggas untuk pertama kalinya di negara Timur Tengah, Qatar. CPIN mampu melebarkan sayap ke pasar luar negeri dan menjadi peluang yang baru untuk meningkatkan pangsa penjualannya,” kata Ike ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (13/4).
Baca Juga: Pemulihan harga DOC dan broiler diperkirakan akan membuat kinerja CPIN positif
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2020, CPIN membukukan pendapatan senilai Rp 43,2 triliun atau turun tipis 1,4% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang sebesar Rp 43,8 triliun. Sementara dari bottom line, CPIN mencatatkan penurunan laba bersih menjadi Rp 2,28 triliun. Nilai tersebut terpaut 11,06% dibandingkan perolehan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp 2,56 triliun.
Ike menyebut, dengan adanya pandemi Covid-19 dan perlambatan ekonomi, penurunan tersebut masih tergolong sehat. Salah satu pemicunya adalah rendahnya volume penjualan dan harga jual rata-rata broiler dan DOC. Menurut Badan Pusat Statistik, konsumsi ayam turun 40% akibat pandemi.
“Memasuki tahun ini, kemungkinan besar pendapatan CPIN diperkirakan mengalami perbaikan. Namun normalisasi kinerja untuk ke level pre-Covid diperkirakan baru akan terjadi pada tahun depan,” imbuh Ike
Adapun Ike memproyeksikan pendapatan CPIN pada tahun 2020 akan sebesar Rp 59,41 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 3,69 triliun. Pada tahun ini, Ike memproyeksikan pendapatan CPIN akan berkisar Rp 63,47 triliun dengan laba bersih yang mencapai Rp 3,93 triliun. Perbaikan pendapatan CPIN akan didorong oleh kerugian yang lebih kecil di segmen broiler dan pertumbuhan penjualan pakan dan DOC.
Baca Juga: Pemerintah rutin lakukan culling, prospek Charoen Pokphand (CPIN) tahun ini menarik
Untuk risiko yang membayangi CPIN pada tahun ini, Ike menjelaskan terdapat dua sentimen. Pertama, di tengah pandemi saat ini, tentunya kondisi industri yang berisiko oversupply memungkinkan harga jual live bird mungkin akan moderat atau skenario buruknya bahkan cenderung turun pada tahun 2021.
Kedua, risiko adanya kemungkinan kemungkinan impor ayam broiler nampaknya dapat mengancam bisnis ini. Jika hal ini terjadi, kemungkinannya surplus ayam broiler dapat berlangsung hingga 2022.
“Pergerakan harga saat ini masih sideways dalam jangka pendek dengan kisaran Rp 6.850 per saham-Rp 7.175 per saham. Namun, dalam jangka menengah, CPIN masih uptrend. Sehingga bisa buy on breakout dari sideways area tersebut. Jika breakout potensi ke next resistance Rp 7.650 per saham,” tutup Ike.
Baca Juga: IHSG dibayangi antisipasi pelaku pasar terhadap data inflasi AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News