kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.086.000   26.000   1,26%
  • USD/IDR 16.481   118,00   0,72%
  • IDX 7.696   -71,23   -0,92%
  • KOMPAS100 1.077   -10,29   -0,95%
  • LQ45 774   -9,36   -1,20%
  • ISSI 266   -1,23   -0,46%
  • IDX30 402   -4,16   -1,02%
  • IDXHIDIV20 470   -3,59   -0,76%
  • IDX80 118   -1,00   -0,84%
  • IDXV30 130   0,28   0,22%
  • IDXQ30 130   -0,98   -0,75%

SSIA Proyeksikan Penurunan Pendapatan dan Laba Tahun 2025, Simak Prospek Kinerjanya


Selasa, 09 September 2025 / 05:30 WIB
SSIA Proyeksikan Penurunan Pendapatan dan Laba Tahun 2025, Simak Prospek Kinerjanya
ILUSTRASI. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) memproyeksikan akan terjadi penurunan raihan pendapatan dan laba bersih pada tahun 2025


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) memproyeksikan akan terjadi penurunan raihan pendapatan dan laba bersih pada tahun 2025.

Erlin Budiman, VP of Investor Relations & Corporate Communications SSIA mengatakan, perseroan memprediksikan pendapatan konsolidasi akan turun sekitar 4% secara tahunan ke Rp 6 triliun. SSIA mengantongi pendapatan Rp 6,25 triliun sepanjang tahun 2024.

Sementara, laba bersih juga turun sekitar 14% year on year (YoY) menjadi Rp 200 miliar. Laba bersih perseroan tercatat Rp 234 miliar di akhir tahun 2024.

“Penurunan net profit disebabkan sebagian backlogs dari penjualan lahan Sabang Smartpolitan baru akan diakui di awal tahun 2026. Jadi, ada pergeseran dari raihan pendapatan,” ujarnya dalam acara Public Expose Live secara virtual, Senin (8/9).

Baca Juga: Surya Semesta Internusa (SSIA) Incar Laba dari Kawasan Subang

Dari segmen hospitality, penurunan disebabkan oleh pembatasan anggaran pemerintah yang berdampak signifikan terhadap okupansi di Gran Melia Jakarta sepanjang awal tahun 2025.

Selain itu, ada dampak Tarif Trump yang juga memberikan sentimen negatif ke kinerja SSIA di tahun ini. 

SSIA pun melakukan strategi untuk masa depan dengan menempatkan proyek Subang Smartpolitan sebagai katalis utama pertumbuhan kinerja di tahun ini dan tahun mendatang.

Sebagai gambaran, SSIA membukukan pendapatan sebesar Rp 2,11 triliun per semester I 2025. Ini turun 9,8% dari Rp 2,34 triliun pada semester I 2024.

SSIA juga menderita rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih sebesar Rp 32,34 miliar per Juni 2025. Ini berbanding terbalik dari laba bersih Rp 105,62 miliar per Juni 2024.

Di tengah kondisi tersebut, Presiden Direktur SSIA, Johannes Suriadjaja memastikan bahwa perseroan tetap berkomitmen membagikan dividen kepada para pemegang saham.

Secara umum, SSIA akan memberikan dividen dengan ratio sekitar 30% dari laba bersih. “Ini sebagai bagian dari kebijakan perusahaan,” ungkapnya dalam kesempatan yang sama.

Dilihat secara historis, SSIA membagikan dividen sebesar Rp 15 per saham dari laba bersih tahun 2024, dengan dividend payout ratio (DPR) sebesar 30%. Pada tahun 2023, dividen yang dibagikan Rp 12 per saham dengan DPR 32%.

Realisasi investasi Indonesia alias PMTB yang naik 6,9% di kuartal II juga bisa menjadi pendorong kinerja SSIA. Kata Johannes, niat investor untuk masuk dan menanamkan modal di Indonesia masih cukup besar.

Baca Juga: Surya Semesta Internusa (SSIA) Catatkan Rugi Rp 32,34 Miliar pada Semester I 2025

Hal itu juga sejalan dengan target marketing sales SSIA di tahun 2025 sebesar 140 hektare, yang mana 20 hektare berasal dari Karawang dan 120 hektare dari Subang Smartpolitan. SSIA juga masih melakukan negosiasi dengan calon-calon tenant di wilayah Subang Smartpolitan.

Johannes mengungkapkan, hingga Juni 2025, perseroan telah membebaskan lahan hingga 100 hektare. “Kami sedang dalam proses penambahan landbank cukup signifikan. Tapi, ini masih dalam proses dan nanti pada saatnya akan diumumkan,” tuturnya.

Di proyek Subang Smartpolitan sendiri tenant yang mendominasi berasal dari sektor otomotif, yaitu hingga 60%. Lalu, sekitar 15-20% dari sektor heavy equipment dan sisanya beragam, mulai dari konsumer, building material, elektronik, hingga teknologi.

“Asal negara banyaknya terutama dari China di bidang otomotif. Lalu, dari Jepang di bidang heavy equipment,” paparnya. Selain itu, ada investor asal Taiwan dan Hongkong juga yang sudah masuk di kawasan Subang Smartpolitan.

Prospek Kinerja

Kinerja SSIA ke depan dinilai menarik lantaran adanya grup konglomerasi yang masuk berinvestasi, baik dalam saham maupun secara langsung di kawasan industri perseroan.

Seperti diketahui, Grup Djarum, melalui PT Dwimuria Investama Andalan juga membeli 1.250.000 saham SSIA pada 12 Agustus 2025. Alhasil, total kepemilikan Dwimuria bertambah menjadi 482.000.000 saham atau sekitar 10,24% dari total saham SSIA.

Selain itu, berdasarkan catatan KONTAN, SSIA juga tengah berdiskusi dengan Grup Barito terkait potensi kolaborasi yang bisa dilakukan di berbagai segmen bisnis, baik kawasan industri, konstruksi, maupun perhotelan. Namun, belum jelas bentuk kerjasama apa yang akan dilakukan dengan Grup Barito ke depan.

Salah satu emiten Grup Barito, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), pun sudah menjadi pemegang saham minoritas SSIA. Johannes mengungkapkan, pihaknya sudah bertemu dengan TPIA dan tengah dalam taraf pembicaraan terkait investasi secara langsung di kawasan industri. Sebab, mereka menyatakan ketertarikan untuk berinvestasi di bidang infrastruktur dan utilitas.

“Namun, belum ada hasil konkrit dari pembicaraan tersebut. Mungkin pada saatnya, kami bisa lakukan keterangan kepada publik,” kata Johannes dalam paparan publik.

Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Fath Aliansyah melihat, sentimen yang bisa mempengaruhi kinerja SSIA ke depan adalah kehadiran investor skala besar untuk lahan industri dan regulasi pemerintah yang mendukung iklim investasi di Tanah Air. Hal tersebut pun dapat kembali menarik minat investor untuk investasi sektor riil. 

“Sejauh ini berita mengenai pembelian sahamnya oleh beberapa konglomerasi sudah priced in, jadi sudah terefleksi di harga pasar (harga saham),” ujarnya kepada Kontan, Senin (8/9).

 

Melansir RTI, saham SSIA tercatat sudah naik 48,70% sejak awal tahun alias year to date (YTD) ke level Rp 2.000 per saham. Sayangnya, saham emiten properti kawasan industri ini turun 20,63% dalam sebulan terakhir.

Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana melihat, pergerakan saham SSIA ada di level support Rp 2.000 per saham dan resistance Rp 2.230 per saham. SSIA - Wait and See - S 2000 R 2230

Sementara, Praktisi Pasar Modal sekaligus Founder WH-Project, William Hartanto melihat, pergerakan saham SSIA ada di fase downtrend, karena melemah dengan posisi candlestick di bawah indikator MA5. “Level support di Rp 2.010 per saham dan resistance Rp 2.210 per saham,” katanya kepada Kontan, Senin (8/9).

Baik Herditya maupun William masih merekomendasikan wait and see untuk SSIA.

Selanjutnya: Cadangan Devisa Indonesia Susut ke Level Terendah dalam Sembilan Bulan

Menarik Dibaca: 25 Link Twibbon Hari Olahraga Nasional 2025 Terbaru dan Gratis Pakai

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×