Reporter: Rizki Caturini, Choirunnisak | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Harga emas kembali menyentuh US$ 1.700 per ons troi, kemarin (6/9). Terakhir kali, emas seharga itu adalah 13 Maret silam. Spekulasi tentang aksi European Central Bank (ECB) memborong obligasi pemerintah negara zona euro dengan nilai tak terbatas, meningkatkan pamor emas.
Kontrak pengiriman emas untuk Desember 2012 di Bursa Comex, Kamis (6/9), senilai US$ 1.711,30 per ons troi. Harga itu menguat 1,02% daripada nilai di hari sebelumnya, yaitu US$ 1.694,00 per ons troi.
Dalam sebulan, harga emas telah naik 5,88%. Namun, emas belum kembali menyentuh rekor harga tertingginya di tahun ini, yaitu US$ 1798,90 per ons troi, Rekor itu terjadi pada 28 Februari silam.
Suluh Adil Wicaksono, analis Asia Kapitalindo Futures, mengungkapkan, ekspektasi para pelaku pasar, skema stimulus yang disiapkan ECB adalah mengguyurkan dana melalui pembelian obligasi negara bermasalah bertenor tiga tahun. ECB dikabarkan tidak membatasi nilai obligasi yang akan dibeli.
“Hal ini ditunggu-tunggu pelaku pasar. Mereka pun berspekulasi dengan membeli emas. Harga pun terus melambung,” tutur Suluh.
Ibrahim, analis Senior Harvest International Futures, menuturkan kisah sama. Sentimen utama yang menggerakkan harga emas adalah euforia stimulus dari ECB.
Suluh menyebut, US$ 1.700 per ons troi merupakan harga psikologis emas. “Setelah menyentuh level itu, harga emas berpotensi terus meningkat,” tutur dia.
Suluh optimistis emas kembali bullish. Ia merujuk ke pergerakan emas di tahun-tahun sebelumnya. Menjelang pergantian tahun, harga emas biasanya menanjak.
Ada potensi koreksi
Namun Ibrahim mengingatkan, kendati berpotensi menguat, emas berada di bawah bayang-bayang koreksi. Ia mengingatkan, Jerman dan Dana Moneter Internasional (IMF) belum sepenuhnya menyetujui rencana ECB membeli obligasi negara bermasalah di zona euro. Perbedaan pandangan itu bisa menghambat pengucuran stimulus.
Apalagi, masih ada negara zona euro yang belum selesai melaporkan data-data ekonominya. Itu berarti, peluncuran stimulus mungkin ditunda. "Jika itu terjadi, emas akan terkoreksi," kata Ibrahim.
Mayoritas indikator teknikal, menurut Suluh, memang menunjukkan emas sudah berada di area jenuh beli. Stochastic menunjukkan posisi 80%. Moving average convergence-divergence (MACD) berada di area positif yang maksimum. Bollinger terletak di atas bollinger band.
Semua indikator teknikal itu menunjukkan harga emas sudah rawan terkoreksi. “Indikator teknikal tidak mendukung penguatan. Tapi faktor fundamental lebih berpengaruh,” ujar Suluh.
Ibrahim memperkirakan, dalam satu pekan mendatang, harga emas bergerak di kisaran US$ 1.653,00-US$ 1.715,40 per ons troi. Prediksi Suluh, di periode yang sama, emas akan berkisar US$ 1.695-US$ 1.710 per ons troi.
Dalam sebulan ke depan, Suluh memproyeksikan, emas akan memiliki support di kisaran US$ 1.723 per ons troi sedang resistance berkisar US$ 1.748 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News