Reporter: Albertus M. Prestianta, Wahyu Satriani AW |
JAKARta. Sejak memiliki penghasilan sendiri yang rutin, prinsip pengaturan keuangan sudah dijalankan oleh Benny Purnomo, Managing Director PT Bank Mutiara Tbk.
Cara sederhana yang dia tempuh adalah dengan memiliki dua rekening yang terpisah. Peruntukan masing-masing adalah transaksi rutin dan tabungan. "Itu untuk membagi uang antara keperluan sehari-hari dan investasi," tutur dia.
Menyisihkan 10% pendapatan di setiap menerima gaji, adalah cara sederhana Benny mendisiplinkan keuangan. "Kalau tidak saya pisah, pasti habis," katanya.
Benny mengawali karier-nya di Bank Central Asia (BCA), begitu lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, tahun 1989.
Penyisihan sebagian dari penghasilan setiap bulan, akhirnya Benny tempatkan di deposito. Selain aman, bunganya tentu lebih menarik ketimbang tabungan biasa di bank.
Begitu dana di deposito makin besar, Benny mengalihkannya ke instrumen investasi lain. Uniknya, kendati berkecimpung di dunia perbankan yang merupakan bagian dari industri keuangan, pilihan favorit investasi Benny tidak banyak di instrumen keuangan. "Sekitar 60% investasi saya adalah di properti berupa tanah dan apartemen," ungkapnya.
Sedangkan 30% Benny tempatkan di deposito. Lalu sisanya di tabungan dan untuk polis asuransi.
Benny mengakui, jika dikategorikan, dia termasuk investor risk averter alias investor yang tidak menyukai risiko besar. "Saya cenderung memilih investasi yang tidak tinggi return-nya tapi lebih aman," terangnya.
Investasi di properti, menurut pengalamannya, terbilang aman dan menawarkan keuntungan besar. Memang, investasi properti mensyaratkan dana besar. Sudah begitu, risiko likuiditas juga lumayan besar.
Namun, Benny tidak khawatir. "Properti, seperti apartemen misalnya, kan bisa saya daya gunakan lagi," tukasnya.
Tidak tertarik saham
Berinvestasi di properti dalam penilaian Benny memiliki risiko yang kecil. Sedangkan asetnya bisa tetap dimiliki hingga jangka waktu yang panjang. Pemilik bisa mengantongi penghasilan tambahan dengan menyewakan aset properti yang dimiliki.
Berdasarkan persepsi Benny, tidak ada nilai properti yang turun, harganya justru akan terus naik. "Luas tanah di Indonesia tetap, apalagi di kota besar. Namun jumlah penduduk bertambah sehingga suplai terbatas sementara demand terus tumbuh, harga pasti naik," jelasnya.
Karena merasa nyaman memutar uang di aset berbentuk properti, Benny mengaku belum berencana mengubah komposisi portofolio investasinya. "Properti masih jadi pilihan utama saya," kata dia.
Benny mengaku tidak tertarik untuk memarkirkan dananya di instrumen keuangan, seperti saham. "Saya tidak akan menaruh uang saya di saham, hanya untuk mengejar return yang tinggi," ceritanya.
Sebagai tipikal investor yang konservatif, saham tidak masuk pilihan Benny, dengan alasan tingkat risikonya
yang tinggi.
Bagi Benny, ada beberapa prinsip penting berinvestasi yang harus dipegang agar tidak salah arah. Pertama, kerja keras agar bisa menggapai tujuan. Kedua, harus cerdas. "Pelajari pengalaman berinvestasi orang lain. Ikuti yang positif dan kembangkan," ujarnya.
Ketiga, pastikan selalu waras dalam mengambil keputusan. Tanpa kewarasan, seseorang cenderung haus untuk mencetak keuntungan, dengan menghalalkan segala cara. "Tidak ada investasi yang resiko rendah tapi untungnya tinggi," ujar Benny.
Lalu, harus tuntas alias tidak menyerah hingga mencapai tujuan investasi yang telah ditetapkan. Terakhir, harus ikhlas. "Uang untuk hidup bukan hidup untuk uang," tandasnya. Rezeki akan datang jika kita mau melakukan yang terbaik. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News