Reporter: Irma Yani, Raka Mahesa W | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Meski pasar saham sedang loyo, beberapa perusahaan tetap bertekad menawarkan saham perdananya. Setidaknya dua perusahaan berniat melepas sahamnya ke publik, Oktober nanti.
Perusahaan pertama adalah PT Solusi Tunas Pratama. Perusahaan pengelola menara telekomunikasi ini akan melepas 100 juta unit saham atau setara 16,7% modal ditempatkan dan disetor penuh.
Dengan harga penawaran saham perdana di kisaran Rp 3.200-Rp 3.800 per saham, perusahaan ini menargetkan bisa memperoleh Rp 320 miliar-Rp 380 miliar. "Pendanaan kami siapkan untuk akuisisi menara," kata Juliawati Gunawan, Direktur Keuangan Solusi Tunas.
Juliawati memaparkan, sekitar 50% dana hasil initial public offering (IPO) akan digunakan untuk akuisisi menara. Lalu sekitar 35% dana akan digunakan untuk membangun tower dan sisanya untuk modal kerja.
Solusi Tunas mengakui saat ini menjajaki akuisisi menara telekomunikasi. "Ada akuisisi yang sedang kami evaluasi, bisa akuisisi asetnya saja, bisa juga perusahaannya," beber Juliawati. Namun ia menolak mengungkapkan lebih jauh soal akuisisi ini.
Yang jelas, bila akuisisi ini sukses berjalan tahun ini, pendapatan Solusi bakal lebih besar dari target semula, yaitu 4,75%. "Jika akuisisi jadi, pendapatan bisa tumbuh di atas 30%-40%," kata Juliawati.
Kabar yang beredar di bursa, Solusi Tunas termasuk dalam daftar peserta tender akuisisi 4.000 menara milik PT Indosat Tbk (ISAT).
Perusahaan lain yang berniat IPO dalam waktu dekat adalah PT SMR Utama. Perusahaan ini berencana melepas 500 juta saham, atau setara 33,33% saham perseroan.
Harga penawaran ke masyarakat dipatok Rp 600 per saham. "Targetnya kami bisa mendapatkan Rp 300 miliar dari IPO," terang Andri Rukminto, Direktur PT Andalan Artha Advisindo (AAA) Sekuritas. AAA Sekuritas adalah penjamin emisi IPO SMR.
Nantinya, perusahaan tambang mangan ini akan menggunakan dana hasil IPO untuk menambah modal disetor hingga sebesar Rp 250 miliar. Sisa dana IPO akan digunakan untuk membeli alat berat dan meningkatkan infrastruktur di area tambang.
Namun Jansen Kustianto, Analis Sinarmas Sekuritas, menilai kondisi pasar saat ini berisiko untuk melepas saham. "Risiko terberat IPO bisa gagal, penjamin emisi bisa rugi," kata Jansen. Apalagi, ia menilai industri yang digeluti kedua perusahaan kurang atraktif di pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News