kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

SMMA: belum ada pembicaran jual Mega Life


Selasa, 03 Desember 2013 / 17:33 WIB
SMMA: belum ada pembicaran jual Mega Life
ILUSTRASI. Pekerja membersihkan lantai di depan monitor yang menampilkan pergerakan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (7/12/2021). IHSG Diramal Menguat pada Selasa (19/7), analis beri rekomendasi saham. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Satu lagi perusahaan asuransi asing dikabarkan mencaplok asuransi lokal. Kali ini Etiqa Insurance yang dikabarkan ingin memasuki pasar asuransi Indonesia. Perusahaan asal Malaysia ini mengincar perusahaan asuransi lokal, yaitu PT Mega Life Asuransi Jiwa (Mega Life).

Mega Life merupakan perusahaan asuransi milik PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) dan Chairul Tanjung melalui CT Corp . Belum lama ini, Bloomberg memberitakan, Etiqa sudah melakukan pembicaraan dengan pihak Mega Life.

Bahkan, pembicaraan tersebut kabarnya sudah menyentuh masalah angka. Keduanya akan menjual 80% saham Mega Life senilai US$ 200 juta hingga US$ 300 juta.

Tapi saat dimintai konfirmasinya, Kurniawan Udjaja, Direktur & Corporate Secretary SMMA bilang, hingga detik ini pihaknya belum mengadakan pembicaraan sedikit pun dari pihak Etiqa. "Malah, kami baru dengar ada nama Etiqa," imbuhnya, Selasa (3/11).

Namun, SMMA selaku holding company atas Mega Life selalu membuka peluang atas segala kesempatan yang sangat bermanfaat bagi kinerja perusahaan. Jika ada perusahaan potensial yang ingin masuk, maka pasti akan dibukakan pintu.

Jika anak usahanya memiliki kinerja gemilang, maka pasti akan dijaga. Tapi, jika anak usahanya berkinerja buruk, maka pasti akan dijual. "Kalau Mega Life, sedang-sedang saja. Tapi, rinciannya enggak hafal karena pendapatan Mega Life tidak langsung dikonsolidasikan ke SMMA," tutur Kurniawan.

Memang, sesuai dengan laporan keuangan perusahaan, Mega Life tidak berada langsung di bawah naungan SMMA, tapi di bawah Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG (AJSM). Masih dalam struktur yang sama, SMMA juga mengendalikan secara langsung Asuransi Sinar Mas (ASM). 

Nah, hingga kuartal III tahun ini, kedua entitas anak tersebut membukukan pendapatan Rp 10,15 triliun. Setelah dikonsolidasikan ke atas, SMMA memperoleh pendapatan senilai Rp 8,93 triliun. Dengan kata lain, 67% pendapatan konsolidasi SMMA diperoleh dari kedua anak usahanya tersebut.

Yang perlu dicermati adalah, perkembangan kabar akuisisi oleh Etiqa itu sendiri. Kurniawan menjelaskan, namanya pengusaha, jika ada suatu aksi korporasi maka pembicaraan empat mata akan segera dilakukan.

Jika pagi hari ada kabar akuisisi misalnya, tidak perlu menunggu hingga berhari-hari, tapi saat itu juga klien yang bersangkutan langsung ditelepon entah dia sedang berada di dalam mobil atau menjalankan kegiatan lain. Mengingat hingga detik ini pihak Etiqa belum melakukan kontak dengan SMMA, maka bisa saja kabar tersebut hanya untuk menguntungkan pihak tertentu. "Bisa saja itu hanya aksi-aksi insider trading," pungkas Kurniawan.

Ilustrasi: ShutterStock

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×