Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Merger perusahaan asal Swiss Holcim Ltd dan perusahaan asal Prancis Lafarge SA menjadi aksi menggemparkan bagi industri semen dunia. Terbentuknya nilai pasar US$ 60 miliar dari perusahaan peleburan tersebut, lantas menimbulkan kewajiban divestasi aset HolcimLafarge pada negara yang berpangsa pasar besar.
Terkait hal itu, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) pun mengincar aset divestasi HolcimLafarge tersebut. "Peluang kita bisa mengambilalih karena HolcimLafarge punya kewajiban menjual asetnya," ungkap Direktur Keuangan SMGR Ahyanizzaman, Kamis, (28/8).
Dus, SMGR berniat menyasar opsi ini karena rencana ekspansinya di Myanmar yang belum juga rampung. Tadinya, SMGR yakin bisa menancapkan kuku di Myanmar pada semester kedua 2014. Namun ternyata, niatan tersebut terpaksa harus mundur ke tahun depan.
Ahyanizzaman mengatakan, saat ini pihaknya masih mengatur skema dengan rekan lokal di Myanmar. Pada kerja sama itu, SMGR akan memegang porsi sekitar 20% sampai 49%. Namun, SMGR ingin tetap bisa memegang operasional karena merasa memiliki kompetensi sebagai produsen semen.
Sayangnya, Ahyanizzaman masih enggan menyebut nama perusahaan asal Myanmar itu. Ia hanya mau bilang bahwa pangsa pasar perusahaan tersebut yakni di bawah 10%.
Setiap tahunnya, SMGR menganggarkan US$ 50 juta untuk ekspansi luar negeri. Angka tersebut memiliki porsi sekitar 10% dari belanja modal atau capital expenditure (capex). Ahyanizzaman mengatakan, pihaknya tak berencana mencari pendanaan eksternal hingga akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News