Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Sepanjang tahun ini, PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) berencana membayar kembali (refinancing) utangnya sebesar Rp 2 triliun. Pinjaman dari perbankan yang akan jatuh tempo, bakal dilunasi dengan surat utang baru.
Produsen semen pelat merah ini menerbitkan obligasi dengan penawaran umum berkelanjutan (PUB) senilai Rp 8 triliun. Untuk tahap pertama, SMGR merilis obligasi Rp 3 triliun dengan tenor lima tahun. Indikasi kupon obligasi itu dipatok 8%-8,8%.
Dari jumlah itu, sebesar Rp 1,37 triliun langsung digunakan untuk refinancing utang kredit sindikasi anak usahanya, PT Semen Tonasa. Sementara sisanya untuk modal kerja.
Darmawan Junaidi, Direktur Keuangan SMGR mengatakan, pada semester dua mendatang, SMGR akan menerbitkan obligasi tahap dua senilai Rp 2 triliun. Sekitar 25% dari dana obligasi itu juga dialokasikan untuk membayar pinjaman.
"Jadi kalau ditotal, jumlah utang yang akan dibayar kembali tahun ini sekitar Rp 2 triliun," ujarnya di Jakarta, Senin (15/5).
Ia menjelaskan, dengan penerbitan obligasi, SMGR berharap bisa memangkas beban bunga. "Harapannya ada penurunan 1% dari biaya bunga yang selama ini dibayarkan," ujar Darmawan.
Setidaknya, beban bunga bisa dipangkas sekitar Rp 60 miliar pada tahun ini. Hal ini diklaim bakal membuat keuangan SMGR lebih sehat. SMGR bakal menjaga rasio debt to ebitda di bawah dua kali.
Hingga Maret 2017, total pinjaman bank SMGR yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun mencapai Rp 756,01 miliar. Lalu, pinjaman bank jangka panjangnya mencapai Rp 3,9 triliun.
Menurutnya, meski tahun ini ada potensi kenaikan suku bunga The Fed, dampaknya ke nilai tukar rupiah tak akan terlalu besar. Sehingga, ia yakin SMGR bakal mendapatkan kupon obligasi yang kompetitif.
Akuisisi Perusahaan
Direktur Utama SMGR Rizkan Chandra mengatakan, penjualan semen sudah mulai pulih. Hingga April 2017, SMGR mencetak volume penjualan semen 8,6 juta ton, naik 8,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Untuk menjaga margin, SMGR juga masuk ke bisnis material bangunan. "Kontribusi bisnis non semen diharapkan naik dari 10% menjadi 20% terhadap pendapatan," ujarnya.
SMGR juga membidik ekspansi dengan mengakuisisi perusahaan material bangunan. "Kami sedang due dilligence, diharapkan bisa tuntas pada semester ini," imbuh Darmawan.
Setidaknya akan ada dua perusahaan yang diakuisisi SMGR di tahun ini. Perusahaan itu bisa perusahaan swasta dari dalam ataupun luar negeri.
Mimi Halimin, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia mengatakan, kinerja SMGR masih akan dibayangi dengan kondisi oversupply yang bisa berimbas ke margin. Ia merekomendasikan hold saham SMGR dengan target harga Rp 8.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News