Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Petrosea Tbk (PTRO) ingin mengoptimalkan sinergi dengan Grup Barito, konglomerasi bisnis milik taipan Prajogo Pangestu melalui PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Perseroan membeberkan manfaat, rencana ekspansi hingga peluang akuisisi.
Direktur Utama Petrosea, Michael membeberkan tiga potensi sinergi antara PTRO dengan CUAN. Pertama, kerja sama usaha dan proyek kolaboratif, sehingga bisa meningkatkan penawaran layanan dan jangkauan pasar.
Michael bilang, PTRO bisa menjadi kontraktor utama untuk pengembangan portofolio aset pertambangan yang dimiliki oleh CUAN maupun proyek kolaboratif dengan Barito Grup.
"Berkolaborasi dengan Grup Barito, untuk menjajaki peluang-peluang pasar baru di berbagai sektor. Termasuk energi, petrokimia dan infrastruktur yang dapat menjadi sumber pertumbuhan baru ke depannya," ungkap Michael yang juga menjabat sebagai Direktur Utama CUAN, dalam paparan publik PTRO, Rabu (23/10).
Baca Juga: Petrosea (PTRO) Dirikan Anak Usaha Baru, Sub-holding di Bidang Infrastruktur
Kedua, sinergi operasional dan upaya digitalisasi. Termasuk dalam integrasi pengadaan, logistik, infrastruktur dan manajemen rantai posokan. Ketiga, berbagi sumber daya dan kemampuan, sehingga bisa melakukan optimalisasi aset untuk menambah kapabilitas dan mengurangi biaya operasional.
Direktur Petrosea, Iman Darus Hikhman menambahkan, PTRO dan CUAN saat ini melakukan ekspansi yang cukup agresif di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng). CUAN memiliki beberapa aset tambang dan aset infrastruktur di daerah tersebut, sehingga PTRO bisa ikut melakukan pendekatan untuk menjajaki proyek-proyek baru di sekitar aset CUAN.
"Aset pertambangan tidak bisa dilepaskan dari infrastruktur, logistik dan juga marketing. Posisi Petrindo dan PTRO akan saling menguatkan dalam memberikan layanan terintegrasi," ungkap Iman.
Meski begitu, Iman menegaskan pencarian kontrak baru PTRO tidak akan terbatas pada CUAN. Secara volume dari segmen kontraktor pertambangan, porsi dari CUAN berkisar antara 20%-30%, sedangkan mayoritas masih di luar Grup Petrindo.
PTRO menargetkan volume overburden removal dapat meningkat sekitar 85% pada tahun depan, hingga bisa mencapai level 200 juta bank cubic meter (bcm). Sedangkan pada tahun ini target PTRO di sekitar 112 juta bcm.
"(Kenaikan volume) akan diperoleh dari berbagai kontrak baru dan kontrak eksisting yang kami perpanjang," imbuh Iman.
Kontrak Baru & Ekspansi
Direktur Petrosea, Ruddy Santoso mengungkapkan, PTRO terus mengejar perolehan kontrak baru. PTRO pun sudah mengamankan kontrak baru lebih dari US$ 1 miliar pada tahun ini.
"Akan terus bertambah di tahun 2025. Itu bagian dari komitmen perusahaan untuk terus berkembang mencari proyek-proyek baru," kata Ruddy.
Setidaknya sudah ada tujuh kontrak baru dan tambahan kontrak yang didapat PTRO di tahun ini, terutama dari segmen kontrak pertambangan serta segmen rekayasa & konstruksi. Kontrak tersebut berasal dari BP Berau, Freeport Indonesia, Triasih Nawasena Bumi Sejahtera, Global Bara Mandiri, Daya Bumindo Karunia, Vale Indonesia, dan Pasir Bara Prima.
Dari seluruh proyek yang dimiliki, total backlog nilai kontrak PTRO hingga bulan Agustus 2024 mencapai US$ 4,16 miliar. Jumlah ini tumbuh sekitar 55% dari posisi semester I-2024, dimana PTRO memiliki total backlog kontrak dari komoditas batubara termal (71%), batubara kalori tinggi (8%), mineral (12%) serta minyak dan gas (9%).
Masih dalam rangkaian strategi ekspansi, PTRO pun belum lama ini mendirikan anak perusahaan baru, PT Petrosea Infrastruktur Nusantara (PT PIN). PTRO mendirikan PT PIN sebagai sub-holding untuk menunjang aktivitas holding dan konsultasi manajemen di bidang infrastruktur.
Baca Juga: Diversifikasi Produk, Petrindo (CUAN) Garap Segmen Coking Coal
Iman menjelaskan, pendirian PT PIN ditujukan untuk memberikan solusi terintegrasi, terutama pada proyek-proyek yang sedang dalam pembangunan di area-area yang tengah dijajaki untuk ekspansi. Khususnya di daerah Kalteng dan ke area Indonesia Timur dalam ekspansi ke proyek mineral.
Direktur Petrosea, Kartika Hendrawan menambahkan, ke depan PTRO melalui PT PIN melakukan beberapa due diligence atas aset-aset yang potensial untuk diakuisisi. Termasuk pada sejumlah aset organik milik PTRO yang akan dibangun.
"Intinya kami berharap positioning PTRO semakin lengkap. Bukan hanya kontraktor yang membangun aset infrastruktur, tapi juga pemilik aset tersebut," kata Kartika.
Michael menekankan, PTRO terbuka untuk melakukan ekspansi secara anorganik. Tapi dia belum membeberkan detail rencana akuisisi tersebut. Yang terang, Michael optimistis terhadap prospek PTRO seiring dengan perolehan kontrak baru dan pembiayaan dari perbankan yang telah diraih pada tahun 2024.
"Hal ini menjadi sebuah pondasi untuk mengembangkan operasional di 2025 dan seterusnya. Ini merupakan strategi operasional yang berjalan di PTRO," tandas Michael.
Guna memuluskan berbagai strategi tersebut, PTRO mengalokasikan belanja modal (capex) sekitar US$ 400 juta untuk tahun 2024 dan 2025. Ruddy bilang, alokasi capex yang cukup besar akan dikucurkan pada kuartal keempat ini sekitar US$ 134 juta.
Kemudian PTRO akan menggelontorkan sekitar US$ 250 juta pada kuartal I dan kuartal II-2025.
"Capex ini untuk proyek-proyek baru, dan beberapa proyek yang berpotensi didapatkan pada tahun depan," tutup Ruddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News