Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. PT Sinar Mas Multifince resmi mencatatkan obligasi sebesar Rp 500 miliar di Bursa Efek Indonesia (BEI), kemarin (11/4). Obligasi bertenor lima tahun itu menawarkan kupon sebesar 10,75% per tahun.
Obligasi ini akan jatuh tempo 10 April 2018. Sedangkan untuk pembayaran bunga pertama akan dilakukan pada 10 Juli 2013 dalam tempo setiap tiga bulan sekali.
Instrumen utang ini memiliki peringkat A- dari PT ICRA Indonesia. Adapun bertindak sebagai wali amanat dalam emisi ini adalah PT Bank Permata.
Head of Fixed Income BCA Sekuritas Herdi Ranu Wibowo menduga, harga obligasi ini berpotensi mengalami kenaikan di pasar sekunder nanti. "Ada kemungkinan untuk kenaikan harga dengan kupon yang ditawarkan setinggi itu," ujar Herdi kepada KONTAN, Kamis (11/4).
Namun, kata Herdi, kenaikan harga di pasar sekunder akan terbatas karena instrumen ini akan kurang likuid. Peringkat obligasi di level A- serta sektor dari si penerbit utang yang berasal dari sektor pembiayaan menjadi faktor penahan kenaikan harga.
Herdi bilang, tidak akan banyak investor yang bisa mengambil surat utang ini seperti dana pensiun (dapen). Sebab, dapen biasanya memiliki minimal peringkat surat utang yang bisa dibeli. Selain itu, saat ini banyak investor yang membatasi penyerapan obligasi multifinance. "Namun beberapa investor masih bisa mengambil instrumen ini antara lain seperti perbankan dan asurasi," kata dia.
Analis NC Securities I Made Adi Saputra menambahkan, ada kecenderungan peningkatan level kupon, baik yang ditawarkan oleh emiten maupun yang diminta oleh investor. Ini disebabkan oleh ekspektasi tekanan kenaikan inflasi di 2013.
Sebelumnya, obligasi TPS Food I Tahun 2013 milik PT Tiga Pilar Sehjahtera Food Tbk yang memiliki tenor dan peringkat sama memberi kupon lebih rendah yakni sebesar 10,25%. Dengan masuknya obligasi Sinar Mas, sepanjang April ini total obligasi yang tercatat di BEI mencapai Rp 3,81 triliun. Sedangkan total obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI sepanjang 2013 senilai Rp 19,418 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News