Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT SLJ Global Tbk (SULI) masih optimistis dapat memperbaiki laju bisnis di semester II-2021. Maklumlah, emiten kayu ini sempat menorehkan kinerja yang kurang menyenangkan pada paruh pertama tahun ini.
Wakil Presiden Direktur SLJ Global David mengatakan, kinerja SULI dalam enam bulan pertama tahun ini masih terhambat karena cuaca yang tidak mendukung. Alhasil, terjadi kelangkaan suplai bahan baku yang turut menghambat laju produksi perusahaan.
"Kinerja SULI di semester I-2021 masih jelek karena masih negatif, karena kelangkaan bahan baku juga masih terjadi selama enam bulan pertama ini karena cuaca tak menentu, akibatnya suplai bahan baku terganggu," jelas dia saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (11/8).
Lebih lanjut David bilang, baik kinerja ekspor maupun lokal keduanya tercatat masih mengalami penurunan pada semester I-2021. Sayangnya, David sendiri tidak memerinci berapa tepatnya penurunan yang terjadi karena laporan keuangan kuartal II-2021 belum dirilis perusahaan.
Baca Juga: SLJ Global masih fokus melakukan efisiensi pada tahun ini
Namun, berdasarkan kinerja di kuartal I-2021, SULI mencatatkan penurunan pendapatan usaha sebesar 33% secara tahunan (yoy) menjadi US$ 8,24 juta.
Di kuartal I-2021, SULI tercatat masih membukukan kerugian sebesar US$ 2,95 juta. Jumlah itu turun 42,50% yoy dari rugi tahun berjalan pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 5,14 juta.
David bilang, ada beberapa katalis positif yang membuat pihaknya optimistis kinerja SULI bakal mengalami perbaikan di semester kedua. Pertama, suplai bahan baku yang sudah mulai membaik sejak bulan Juli lalu.
Lalu, SULI juga sudah menerima permintaan kayu sekitar 50.000 meter kubik atau setara dengan volume produksi untuk lima bulan. David menilai, permintaan tersebut dapat memberikan dampak yang positif bagi kinerja perusahaan. Sehingga diharapkan pada semester kedua ini SULI sudah bisa mencatatkan laba.
"Jadi order kami sudah tidak ada masalah, kami sudah dapat tinggal sekarang bagaimana untuk memproduksinya. Sebab, pernah ada kejadian, kami punya order itu sama dengan hampir lima bulan, dengan harga yang relatif cukup tinggi. Sehingga diharapkan di semester kedua ini kemungkinan akan rebound," tambah David.
Namun demikian, SULI sendiri masih sulit untuk memprediksi berapa target pendapatan di tahun ini. Yang terang, perusahaan optimistis, torehan di semester kedua akan lebih baik dibandingkan paruh pertama.
"Di semester pertama kami masih merugi, semester kedua ini diharapkan sudah ada laba atau profit," ungkap David.
SULI juga tengah meracik produk baru yang bernilai tinggi. Tapi sayang, David belum bisa memerinci lebih detail terkait rencana peluncuran produk anyar tersebut.
"Sementara mempertahankan pasar yang lama, sambil kami membuat produk baru. Rencananya, kami sedang membuat produk baru yang bernilai tinggi," pungkas David.
Sedikit informasi, pendapatan usaha SULI di tahun 2021 masih ditopang oleh pasar ekspor yang berkontribusi lebih dari 90% terhadap keseluruhan pendapatan.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I-2021, pendapatan ekspor SULI tercatat sebesar US$ 7,19 juta atau setara dengan 12.593 meter kubik kayu. Sementara pendapatan lokal hanya senilai US$ 1,04 juta atau 2.016 meter kubik kayu.
SULI sendiri sudah mengirimkan produknya ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Asia Timur, Eropa, Australia, dan Asia Tenggara.
Selanjutnya: APBI siap dukung pemenuhan kebutuhan batubara untuk PLN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News