kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.289   -194,00   -1,21%
  • IDX 6.992   -116,03   -1,63%
  • KOMPAS100 1.043   -21,20   -1,99%
  • LQ45 818   -16,03   -1,92%
  • ISSI 213   -3,42   -1,58%
  • IDX30 418   -8,84   -2,07%
  • IDXHIDIV20 504   -9,78   -1,91%
  • IDX80 119   -2,49   -2,05%
  • IDXV30 125   -2,25   -1,77%
  • IDXQ30 139   -2,60   -1,83%

Simak Strategi Investasi dan Rekomendasi untuk Saham Leader & Laggard pada 2024


Rabu, 03 Januari 2024 / 10:55 WIB
Simak Strategi Investasi dan Rekomendasi untuk Saham Leader & Laggard pada 2024
ILUSTRASI. Sejumlah saham sukses menutup tahun 2023 dengan lonjakan harga, hingga memimpin pergerakan indeks (leader).


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham sukses menutup tahun 2023 dengan lonjakan harga, hingga memimpin pergerakan indeks (leader). Berbeda nasib, tak sedikit yang harganya menukik, sehingga mengisi daftar saham yang kinerjanya tertinggal (laggard).

Di deretan saham leader, empat bank big caps (BMRI, BBRI, BBCA, dan BBNI) masih konsisten mengisi daftar 10 besar. Bersamaan dengan itu, muncul saham baru (AMMN) dan saham milik Prajogo Pangestu (BREN, TPIA, CUAN, BRPT) yang menembus ranking atas saham leader pada tahun 2023.

Sedangkan emiten energi dan tambang mendominasi daftar saham laggard. Ada saham batubara ADRO, BYAN, dan BUMI, saham mineral MDKA dan MBMA, serta saham PGAS. Selain itu, ada dari sektor kesehatan (KLBF), teknologi (EMTK) dan consumer (UNVR).

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo mengamati, kinerja saham leader dan laggard tersebut tak lepas dari rotasi sektor yang terjadi pada tahun lalu. Contohnya kinerja saham energi dan tambang yang melandai, sejalan dengan penurunan harga komoditas. Sementara untuk empat bank big caps, kinerjanya masih apik sesuai ekspektasi.

Baca Juga: IHSG Melemah di Awal Perdagangan Rabu (3/1), Sektor Energi Turun Paling Dalam

Catatan untuk saham Prajogo Pangestu, penguatan harganya lebih terdorong euforia pasar dan sentimen terhadap aksi korporasi yang dilakukannya. "(Saham leader dan laggard) umumnya akan menyesuaikan bagaimana kinerja sektornya," kata Azis kepada Kontan.co.id, Selasa (2/1).

Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya sepakat, sentimen sektoral dan antusias pasar menjadi faktor penting pergeseran posisi saham leader dan laggard. Selain harga komoditas pada saham energi dan tambang, ada faktor pelemahan nilai tukar yang memengaruhi kinerja emiten kesehatan, dan kenaikan suku bunga yang menjadi sentimen pada sektor teknologi.

"(Saham) yang leader juga sejalan dengan antusiasme pasar menyambut IPO (Initial Public Offering) dan emiten tersebut dipercayai oleh pasar punya prospek cerah seiring penerapan ekonomi hijau di masa depan," imbuh Cheril.

Baca Juga: IHSG Bisa Menguat Rabu (3/1), Ini Rekomendasi Saham BBCA, PTBA, ASII, & ADRO

Strategi & Rekomendasi untuk Tahun Ini

Pada perdagangan perdana tahun ini, Selasa (2/1), sejumlah saham tetap bertahan di posisi leader, yakni TPIA, BMRI, BREN, BRPT dan TLKM. Menariknya, saham ADRO dan BUMI yang sebelumnya laggard, kini melaju ke deretan atas saham leader.

Founder WH-Project William Hartanto mengamati, situasi ini wajar terjadi. Pertama, sejumlah saham leader seperti BREN, TPIA, BMRI dan BRPT sejauh ini masih dalam tren menguat. Kedua, saham laggard punya potensi rebound di awal tahun lantaran masih ada kelanjutan dari window dressing.

Namun sebaliknya, saham leader punya peluang turun akibat aksi profit taking. "Masih ada window dressing lanjutan di bulan Januari, biasanya saham-saham laggard dianggap menarik karena faktor ketinggalan (tren kenaikan harganya), kebetulan laggard tahun lalu dari pertambangan," terang William.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham PGEO, MYOR, dan BSDE dari Ajaib Sekuritas, Rabu (3/1)

Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan menambahkan, saham laggard emiten komoditas berpotensi mengalami kenaikan harga. Apalagi, penurunan harga saham yang cukup dalam pada tahun lalu bisa membuat rasio dividend yield menjadi lebih menarik.

"Hal ini akan meningkatkan minat terhadap saham-saham tersebut," kata Alfred.

Di sisi lain, Alfred mengingatkan potensi penurunan harga pada saham-saham Grup Barito usai mengalami kenaikan fantastis pada 2023. Selain itu, segmen energi baru dan terbarukan (EBT) juga berpeluang menjadi laggard.

"Valuasi saham-saham di sektor tersebut sudah tinggi yang berpotensi bear untuk turun," imbuh Alfred.

Berbeda dengan saham big cap perbankan yang menurut Alfred masih akan konsisten mengisi 10 besar saham leader tahun ini. Saham lain yang berpeluang melaju berasal dari sektor teknologi seiring sentimen pemangkasan suku bunga, saham telekomunikasi dan saham dari sektor consumer.

"Strategi (investasi) masih tetap fokus pada fundamental emiten dan menjatuhkan pilihan pada saham dengan valuasi yang masih menarik. Jika benar realisasi penurunan suku bunga dimulai tahun ini, maka perlu juga mencermati saham-saham second liner," terang Alfred,

Baca Juga: Ada di Daftar Leader & Laggard Tahun 2023, Simak Rekomendasi Saham-saham Berikut Ini

Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi, Agung Ramadoni menimpali, sejumlah saham laggard pada tahun 2023 berpotensi melaju positif pada tahun ini. Dus, investor bisa mempertimbangkan koleksi dengan strategi buy on weakness pada saham-saham yang kinerjanya sedang tertinggal.

Hanya saja, tetap perlu cermat melihat posisi valuasi serta indikasi perbaikan kinerja secara fundamental. Agung melihat sejumlah sektor yang berpotensi menjadi leader pada tahun 2024, yakni teknologi, properti, transportasi & logistik, infrastruktur, dan saham bank digital.

Dari sejumlah saham yang laggard pada 2023, Agung melirik EMTK, KLBF, MBMA dan PGAS sebagai pilihan yang layak koleksi. Kemudian, Agung menjagokan saham ARTO, BBYB, MTDL, ASSA, CTRA, PWON, TLKM, EXCL, dan JSMR.

Sementara itu, Abdul Azis masih menyematkan rekomendasi buy untuk BBRI dan BMRI. Target harga masing-masing ada di Rp 6.500 dan Rp 6.850. "Saham perbankan masih berpotensi menjadi leader, tetapi juga waspada aksi profit taking ketika ada momentum penurunan suku bunga," imbuhnya.

Baca Juga: Rekomendasi Saham AMMN, PGEO, EXCL, & ESSA dari RHB Sekuritas, Rabu (3/1)

Abdul Azis turut melirik saham properti yang berpotensi menjadi leader. Saham pilihannya adalah BSDE, CTRA dan SMRA. "Penurunan suku bunga juga bisa berdampak positif bagi emiten properti sehingga kami melihat akan adanya rotasi pada semester II-2024," sebut Azis.

Soal rotasi sektor, Cheril memperkirakan saham-saham leader dari sektor barang baku penguatannya sudah terbatas. Prediksi Cheril, penurunan suku bunga akan mengangkat prospek saham teknologi, dan saham bank berpeluang lanjut sebagai leader.

Sedangkan pada saham yang leader dan langgard tahun lalu, William menyematkan rekomendasi buy untuk ADRO, BYAN, MDKA, MBMA, BRPT dan BBNI. Saran lain dari William, bagi pemegang saham leader, bisa pertimbangkan profit taking secara bertahap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×