Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) menyiapkan sejumlah strategi untuk memacu kinerja usai melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (11/11). DAAZ saat ini bertumpu pada tiga pilar usaha, yakni perdagangan komoditas, jasa angkutan laut dan jasa pertambangan.
Direktur Utama Daaz Bara Lestari, Mahar Atanta Sembiring mengungkapkan perdagangan komoditas merupakan pilar utama yang mendominasi sumber pendapatan DAAZ. Pada segmen ini, DAAZ menggarap bisnis perdagangan komoditas bijih nikel, batubara dan bahan bakar solar.
Perdagangan bijih nikel menjadi andalan DAAZ. Mahar bilang, program hilirisasi dan industrialisasi yang dicanangkan oleh pemerintah menjadi katalis penting yang bisa menjaga prospek kinerja DAAZ. Dus, DAAZ pun ingin mencuil peluang dari program tersebut, terutama untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional.
"Nikel memberikan kesempatan yang besar, apalagi Indonesia merupakan salah satu sumber nikel terbesar di dunia. Kami berharap bisa berkontribusi dan mencapai potensi pertumbuhan melalui (penambahan) konsumen baru," ujar Mahar dalam konferensi pers, Senin (11/11).
Baca Juga: Daaz Bara (DAAZ) Resmi Melantai di BEI, Harga Saham Sentuh ARA
Tak hanya dari nikel, Mahar pun optimistis terhadap tingkat permintaan yang masih kuat pada komoditas batubara dan bahan bakar. Sejalan dengan prospek di sektor komoditas, kebutuhan angkutan laut dan jasa pertambangan bisa ikut terdongkrak.
Hanya saja, Mahar tidak membeberkan secara rinci mengenai proyeksi kinerja keuangan DAAZ sampai tutup tahun 2024. Dia hanya memberikan gambaran, pertumbuhan pendapatan DAAZ secara tahunan bisa mencapai lebih dari 20%.
"Apakah itu bisa kami capai di tahun 2024? tentunya kami berharap. Tapi tergantung bagaimana produksi dan kebutuhan dari para pelanggan," kata Mahar.
Baca Juga: Melantai di BEI Besok, IPO Newport Marine Services (BOAT) Oversubscribed 60,51 Kali
Tantangan DAAZ adalah bisnis komoditas nikel yang sempat tertekan di awal tahun 2024. Salah satunya akibat kendala perizinan, yakni keterlambatan penerbitan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB). Hal ini berimplikasi terhadap tingkat produksi perusahaan tambang.
Kondisi itu kemudian berdampak terhadap volume perdagangan maupun volume angkut. "Januari-Februari tertekan, tapi mulai Maret dan seterusnya semakin membaik. Sampai akhir tahun mudah-mudahan sesuai target," ungkap Mahar.
Sebagai strategi pertumbuhan, DAAZ membuka peluang untuk melakukan ekspansi secara anorganik atau melalui akuisisi pada segmen yang dibutuhkan. Namun, Mahar menyatakan akuisisi kemungkinan tidak terjadi pada tahun ini, mengingat waktu tersisa sudah kurang dari dua bulan lagi.
Baca Juga: Menengok Penawaran Saham IPO DAAZ, Entitas Aserra Group yang Terafiliasi dengan APEX
Oversubscription dan ARA
DAAZ melakukan penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) dengan melepas sebanyak 300 juta saham atau setara 15,02% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga penawaran sebesar Rp 880 per saham, sehingga melalui aksi ini DAAZ menghimpun dana segar sebesar Rp 264 miliar.
Dana yang diperoleh akan digunakan untuk modal kerja DAAZ dan perusahaan anak. Rencananya sebanyak 33.34% akan dipakai untuk pembelian bijih nikel dan modal kerja DAAZ. Sedangkan 66.66% akan disalurkan melalui pinjaman untuk pembelian batubara, bahan bakar solar dan modal kerja di perusahaan anak.
Adapun, selama masa penawaran umum pada 1 November - 7 November 2024, permintaan saham DAAZ mengalami oversubscription sebanyak 323 kali. Pada debut di lantai saham, harga saham DAAZ melejit 25% ke posisi Rp 1.100 per saham, atau menyentuh level auto rejection atas (ARA) hingga akhir perdagangan Senin (11/11).
Baca Juga: Masuk Masa Offering IPO: DAAZ Pasang Harga Penawaran Rp 880, Newport (BOAT) Rp 100
Research Analyst Stocknow.id Emil Fajrizki menilai perdagangan komoditas terutama nikel masih menyimpan potensi yang menarik. Di sisi lain, diversifikasi pada bisnis jasa pertambangan dan jasa angkutan laut akan menopang prospek bisnis DAAZ.
"Bisa menjadi katalis positif di tengah permintaan yang masih tinggi pada sektor tambang," kata Emil kepada Kontan.co.id, Senin (11/11).
Emil menambahkan, dengan oversubscription sebanyak 323 kali, pasar tampak melihat valuasi DAAZ cukup menarik. Catatan Emil, meski harga saham DAAZ masih punya potensi upside, tapi pelaku pasar perlu berhati-hati terhadap risiko volatilitas.
Baca Juga: Perusahaan Nikel Daaz Bara Lestari (DAAZ) Siap IPO, Incar Dana Rp 270 Miliar
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas sepakat, secara kinerja DAAZ memiliki peluang untuk tumbuh dengan valuasi yang relatif murah. Namun, pelaku pasar perlu berhati-hati dalam menyusun strategi di saham IPO, apalagi usai mencapai ARA di hari pertama.
"Sulit untuk membaca pergerakan saham-saham yang baru IPO. Tapi paling tidak, antisipasi jika penguatan sudah mulai terbatas dan perlu antisipasi jika terjadi aksi profit taking," kata Sukarno.
Emil mengamini, perlu berhati-hati terhadap aksi profit taking dalam beberapa hari ke depan. Sebagai strategi jangka pendek, Emil menyarankan wait and see dan cermati peluang profit taking, sambil menunggu stabilitas harga setelah volatilitas mereda.
"Jika tujuan investasi adalah jangka panjang, koleksi saham bisa dipertimbangkan terutama jika sektor tambang dan nikel terus menunjukkan pertumbuhan," tandas Emil.
Selanjutnya: Lender Institusi Mendominasi Fintech Lending, Begini Penjelasan Asosiasi Fintech
Menarik Dibaca: 40 Twibbon Hari Kesehatan Nasional 2024 untuk Mengajak Masyarakat Hidup Sehat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News