Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten di sektor semen diprediksi bakal bangkit tahun ini seiring prospek pemulihan ekonomi. Jika pemulihan ekonomi terjadi sesuai ekspektasi, para analis memproyeksikan volume permintaan semen naik secara moderat di tahun ini.
Mengacu data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), volume penjualan semen domestik di sepanjang 2020 sebesar 62,7 juta ton. Realisasi tersebut menurun 10,4% dari penjualan di 2019 yang mencapai 70 juta ton.
Penurunan penjualan tersebut tentunya berimbas pada kinerja emiten sektor semen yang kompak menurun di sepanjang tahun lalu.
Lihat saja, pendapatan PT Indocemen Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) turun 10,6% secara tahunan di kuartal III tahun lalu. Kompak, pendapatan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) menurun 8,89% diperiode yang sama. Demikian, pendapatan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) turun 19% di periode yang sama.
Analis Philip Sekuritas Indonesia Anugerah Zamzami Nasr mengatakan, penyebab penurunan volume penjualan karena curah hujan tinggi di awal 2020. "Banjir yang terjadi di kota-kota besar mengganggu penjualan para emiten," kata Anugerah. Volume penjualan semen masih belum tertolong karena pandemi membuat berbagai proyek tertunda.
Baca Juga: Penjualan semen domestik terkontraksi 10,4% tahun lalu, simak proyeksinya tahun ini
Akibatnya, volume permintaan terkhusus dari proyek infrastruktur untuk segmen bulk menurun 22,2% secara tahunan di sepanjang tahun lalu. Di segmen ritel juga terlihat penurunan permintaan semen sak sebesar 6,1% secara tahunan.
Di kuartal III-2020, Anugerah memperhatikan volume penjualan semen naik 35% secara kuartalan. Namun, di akhir kuartal IV-2020 permintaan tidak begitu kencang dan kembali membuat volume penjualan semen secara keseluruhan menurun.
Ia memproyeksikan, volume penjualan semen di 2021 tumbuh moderat 3%-4%, seiring dengan perbaikan ekonomi. Namun, di satu sisi perbaikan ekonomi masih menjadi tantangan bagi sektor semen. Efektivitas vaksin masih dinanti dan menjadi penentu perbaikan ekonomi. "Dengan tidak adanya pembatasan sosial maka bisa memulihkan ekonomi dan meningkatkan permintaan dari barang dan jasa," kata Anugerah.
Selain itu, kenaikan anggaran infrastruktur dan pembentukan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau sovereign wealth fund (SWF), Anugerah memperkirakan, permintaan semen berpotensi meningkat dari sektor infrastruktur. Sementara,permintaan dari sektor properti juga bisa terdongkrak di tahun ini karena suku bunga tetap Bank Indonesia pertahankan di level rendah.
Ricky Ho, Analis CGS CIMB Sekuritas Indonesia optimistis, dengan peningkatan 47% secara tahunan di belanja infrastruktur pemerintah, kinerja emiten sektor semen akan membaik. "Kegiatan ekonomi yang pulih meningkatkan penjualan semen domestik," kata Ricky dalam riset.
Untuk risiko kelebihan pasokan, Anugerah memproyeksikan, faktor tersebut akan minim pengaruhnya. Sementara, average selling price (ASP) bakal stabil.
Di tengah tren penurunan permintaan semen, Ricky mengamati, para emiten tidak memberikan diskon harga di pasar dalam negeri. Empat perusahaan semen teratas Ricky amati mengeskpor lebih banyak untuk mengkompensasi penjualan yang lebih rendah di pasar domestik.
Di antara emiten semen, Ricky menjadikan SMGR sebagai pilihan utama di sektor ini. Ricky merekomendasikan add saham SMGR dengan target harga Rp 15.900 per saham.
Sedangkan, Anugerah menjagokan SMGR dan INTP. Alasannya, SMGR memiliki market share terbesar dan mampu refinancing utangnya dalam upaya memperbaiki neraca keuangan.
Anugerah menilai INTP juga unggul dengan merek dagang tiga roda. INTP juga memiliki neraca keuangan yang kuat serta royal dalam membaginan dividen kepada investor.
Selanjutnya: Penjualan semen domestik alami pertumbuhan terendah dalam 10 tahun terakhir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News