kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Rekomendasi Saham Bukalapak.com (BUKA) di Tengah Kenaikan Suku Bunga


Selasa, 13 September 2022 / 08:05 WIB
Simak Rekomendasi Saham Bukalapak.com (BUKA) di Tengah Kenaikan Suku Bunga


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) diprediksi memiliki prospek positif dalam beberapa saat ke depan. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan, kinerja operasional Bukalapak.com cukup fantastis di semester 1-2022.

Hingga semester 1-2022, BUKA mencatat pertumbuhan 24% secara tahunan untuk total transaksi yang benar-benar terjadi atau total processing value (TPV).

"Penopang utama pertumbuhan segmen Mitra, karena bisa dikatakan segmen marketplace pertumbuhannya relatif lambat, agak sulit untuk bersaing dengan marketplace lain seperti Tokopedia dan Shopee," kata Pandhu pada Kontan, Senin (12/9).

Di tengah era suku bunga tinggi, Pandhu menilai hal tersebut tak akan berdampak secara langsung terhadap kinerja BUKA. Hanya saja, kenaikan suku bunga mungkin berimbas pada harga sahamnya, seperti yang terjadi pada saham sektor teknologi lain. Sebab, tak sedikit investor melakukan rebalancing dengan mengurangi bobot portofolio di saham-saham teknologi.

Kenaikan suku bunga juga akan mempersulit langkah emiten sektor teknologi dalam memperoleh dana murah yang digunakan untuk bakar duit atau promosi.

Untungnya, BUKA masih menyimpan saldo kas dari hasil IPO dalam jumlah yang cukup besar yang mencapai Rp 19,5 triliun, sehingga masih sangat leluasa dalam menjalankan ekspansi untuk beberapa tahun ke depan. Kata Pandhu, kecukupan modal tersebut menjadi katalis positif untuk BUKA.

Baca Juga: Sejumlah Analis Kompak Kerek Target Harga Saham Bukalapak (BUKA), Ini Pendorongnya

Manajemen BUKA menyatakan bakal fokus mengembangkan platform untuk kebutuhan tertentu atawa specialized platforms daripada konsep department store. Beberapa ekosistem yang telah berjalan di antaranya Mitra Bukalapak untuk para pemilik warung kecil, kemudian BukaSend, Koala, Itemku, Bmoney, Allobank, dan Allofresh.

"Sejumlah platform tersebut tujuan untuk meningkatkan take rate, menarik pelanggan baru, mendongkrak, TPV dan mengerek daya saing," tambah Pandhu.

Sejauh ini, Pandhu memandang upaya BUKA cukup berhasil, tercermin dari meningkatnya pendapatan paruh pertama hingga lebih dari 95% YoY. Bahkan, jika dilihat dari bottom line berhasil membukukan laba yang cukup signifikan yakni mencapai Rp 8,5 triliun, perolehan laba tersebut berasal dari investasi di PT Allo Bank Tbk (BBHI).

"Tanpa hal itu, secara operasional masih membukukan kerugian sehingga mungkin masih perlu beberapa tahun lagi untuk mulai mencetak laba," katanya.

 

Sedangkan, katalis yang dapat menghambat kinerja BUKA yaitu jika ekosistem yang dikembangkan tidak cukup berhasil menggaet pelanggan. Di lain sisi, gempuran para pesaing juga memiliki sumber daya lebih besar seperti Shopee dan GOTO. Pandhu bilang, katalis tersebut dapat menghambat segmen marketplace, bahkan ekosistem yang sedang dibangun semakin sulit untuk berkembang.

Jika dilihat secara valuasi, Pandhu melihat saham BUKA saat ini sudah cukup murah yang mana diperdagangkan pada rasio PBV 0.82 kali. Untuk jangka waktu 12 bulan ke depan, Pandhu memasang target BUKA di level Rp 350. Menurutnya, harga saat ini mulai menarik karena memiliki potensial upside lebih dari 20%.

Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengungkapkan, pergerakan saham BUKA masih tertahan area resistance-nya pada beberapa hari belakangan ini.

Selama BUKA masih bergerak di atas area support 274 maka diperkirakan BUKA berpeluang menguat terlebih dahulu. Nampak pergerakan MACD yang berpeluang golden cross dan stochastic yang sedang memasuki area netral.

Herditya pun memberikan rekomendasi speculative buy untuk BUKA dengan resistance di Rp 298 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×