Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan lahan berhasil menyokong pendapatan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Tercatat hingga kuartal III 2017 BSDE mencatatkan pendapatan sebesar Rp 5,83 triliun atau naik 36,2%.
Namun, di 2018 BSDE mesti lebih kuat menggenjot kinerja agar tidak menurun karena sektor properti diproyeksikan masih akan lesu. Pertumbuhan kinerja pun analis proyeksikan tidak signifikan bahkan menurun.
Pra penjualan atau marketing sales menyumbang 83% pada pendapatan BSDE hingga kuartal III 2017 yang tercatat positif. Pertumbuhan ini naik dari pertumbuhan marketing sales tahun sebelumnya sebesar 79%.
Adrian M. Priyatna Analis Megacapital Sekuritas menjabarkan porsi penjualan rumah sebesar 35%, penjualan tanah 33%, dan penjualan properti komersial 15% dari total pendapatan. "Marketing sales mengalami kenaikan sebesar 44,9% pada kuartal III 2017 menjadi Rp 4,84 triliun," kata Adrian dalam riset 27 Desember 2017.
Alfred Nainggolan Direktur Utama sekaligus Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas memprediksikan, sektor properti belum kunjung pulih atawa masih melambat. Hal ini terbukti dari peningkatan pendapatan BSDE yang tersokong penjualan lahan.
Ke depan Alfred memproyeksikan kinerja BSDE di tahun ini relatif sulit untuk berpeluang mengulang kinerja di 2017. Penyebabnya, penjualan lahan sulit untuk diprediksi berbeda dengan proyek properti yang bisa dilihat prosesnya.
"Tahun kemarin mereka memang berhasil melakukan penjualan lahan ke Mitsubishi sehingga salesnya jumping, tapi untuk tahun ini ya kita hanya bisa berharap semoga ada penjualan lahan seperti itu lagi, tetapi saya tidak prediksi akan adanya pembelian lahan secara berkelanjutan," kata Alfred, Senin (15/1).
Sementara, Alfred memproyeksikan pendapatan dari penjualan residensial dan properti sulit mencatatkan pertumbuhan yang signifikan.
Secara sektoral, Alfred juga mengatakan tahun ini masih berat bagi properti meski tren suku bunga rendah. "Masih belum ada gregetnya," kata Alfred.
Apalagi, permintaan dari segmen BSDE yang menyasar kelas ekonomi menengah ke atas memang diproyeksikan melambat pertumbuhannya di 2018.
Alfred melihat pasokan properti bagi masyarakat dengan ekonomi menengah ke atas masih melimpah. Kondisi yang terjadi di lapangan pun menunjukkan penjualan rumah bekas masih melambat hal ini membuat penjualan rumah baru relatif melambat.
Permasalahan pada permintaan yang lesu membuat BSDE harus pintar-pintar melakukan efisiensi. "Ini masalahnya di makro jadi yang perlu diwaspadai adalah kepada tugas utama pembenahan internal perusahaan," kata Alfred. BSDE diharapkan mampu menangani cash flow untuk rencana penambahan land bank.
Di tahun pemilu Alfred mengatakan hal ini dijadikan investor properti untuk lebih memanjangkan masa wait and see. Menurut Alfred di awal tahun politik investor cenderung tidak agresif masuk ke sektor properti.
"Hasil pemilihan yang oke membawa dampak positif pada seluruh sektor, risikonya pemilu jadi memperpanjang wait and see investor properti," kata Alfred.
Alfred memproyeksikan laba bersih BSDE di 2018 berpotensi turun 10%. Sementara, Adrian memproyeksikan laba bersih BSDE mencapai Rp 2,34 triliun atau tumbuh 1,12% dari proyeksi laba di 2017 sebesar Rp 2,32 triliun. Sedangkan pendapatan BSDE di 2018, Adrian memproyeksikan mencapai Rp 8,2 triliun.
Adrian menurunkan target harga BSDE di 2018 menjadi Rp 2.270 per saham dan merekomendasikan buy.
Senada, Yualdo Tirtakencana Analis PT RHB sekuritas Indonesia juga merekomendasikan buy di target harga Rp 2.650 per saham. Sementara Alfred merekomendasikan hold di target harga Rp 1.785 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News