kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Simak rekomendasi analis untuk saham sektor telekomunikasi di 2019


Rabu, 09 Januari 2019 / 18:56 WIB
Simak rekomendasi analis untuk saham sektor telekomunikasi di 2019


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham PT Indosat Tbk (ISAT) melesat 24,65% ke level Rp 2.250 per saham pada akhir perdagangan Rabu(9/1). Hal ini dipengaruhi oleh kabar bakal diakuisisi oleh Viettel.

Hal ini juga diungkapkan oleh analis Buana Capital Gani. Ia mengatakan harga saham ISAT naik hari ini karena sentimen akuisisi. "Tapi efeknya masih harus melihat bagaimana strategi manajemen yang baru nanti, tapi secara garis besar, sepertinya akan ada banyak tantangan mengingat kompetisi di industri telekomunikasi yang masih cukup ketat," paparnya Rabu (9/1).

Lebih lanjut Gani bilang, prospek saham emiten telekomunikasi di tahun politik ini diprediksi akan dihadapkan dengan sejumlah tantangan.

"Masalahnya adalah kemampuan operator untuk memonetisasi. Awal tahun sampai dengan pertengahan tahun 2018 ada perang harga yang juga memang dipicu oleh aturan registrasi sim card. Lalu di kuartal III-2018 sebenarnya sudah ada beberapa yang mulai menaikkan tarif, tetapi masih harus dilihat lagi ke depannya bagaimana persaingan ini," tambahnya.

Gani melanjutkan, ketatnya persaingan dalam industri telekomunikasi akan terlihat dari upaya masing-masing emiten untuk berebut market share. "Caranya dengan menurunkan tarif harga. Data yield di 2019 diperkirakan turun cukup signifikan sekitar 30%-40% dibanding tahun lalu," imbuhnya.

Meskipun demikian, ia melihat industri telekomunikasi masih tetap menarik dan potensi untuk tumbuh masih besar karena penetrasi data atau internet belum terlalu tinggi. "Jadi ke depan, secara industri data traffic masih akan tumbuh dengan pesat," papar dia.

Dari sisi saham, ia merekomendasikan untuk beli saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dengan target harga untuk jangka panjang di level Rp 4.600 per saham.

Lalu untuk saham PT XL Axiata Tbk (EXCL), ia juga merekomendasikan untuk beli dengan target harga pada jangka panjang di level Rp 2.580 per saham. "Kalau untuk ISAT, direkomendasikan hold dengan target harga jangka panjang di level Rp 2.000 per saham," lanjut dia.

Pada waktu yang terpisah, analis Panin Sekuritas William Hartanto berpendapat, rencana akuisisi atas saham ISAT masih rumor dan belum tentu benar. "Dulu ISAT pernah melesat juga karena rumor merger, namun sehari setelahnya langsung turun. Tapi kalaupun benar, masih akan jadi sentimen sesaat karena kinerja ISAT masih harus diperbaiki," kata William.

Selanjutnya soal prospek emiten telekomunikasi di 2019 ini, William menilai bagus karena pengguna data akan meningkat di tahun ini lantaran kebutuhan akan data dan performance sinyal operator meningkat setiap harinya.

"Tapi tantangannya adalah perluasan jangkauan pasar, khususnya kebutuhan akan menara pemancar karena jumlahnya terbatas. Dan karena ketatnya persaingan ini makanya masih ada beberapa operator yang sinyalnya jelek," tambah dia.

William melanjutkan meski persaingan ketat bahkan sampai banyak yang rugi dalam industri telekomunikasi, tapi tetap tak membuat sejumlah emiten tergoda untuk melepas bisnisnya.
"Menurut saya, emiten tersebut pasti ada tujuan lain dibalik mau menahan bisnis yang kondisinya merugi ketimbang dijual. Prediksi saya ini orientasinya untuk jangka panjang dan kondisi ini akan membaik nantinya," tukas dia.

William merekomendasikan untuk beli saham TLKM, EXCL dan FREN. "Target harganya untuk jangka panjang. Untuk TLKM beli di level Rp 4.000 per saham. Untuk EXCL beli di level Rp 2.500 per saham. Sementara untuk saham PT Smartfren Tbk (FREN) beli di level Rp 120 per saham," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×