kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.797   -2,00   -0,01%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Simak rekomendasi analis untuk saham emiten migas di tahun ini


Jumat, 22 Februari 2019 / 21:14 WIB
Simak rekomendasi analis untuk saham emiten migas di tahun ini


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia masih rendah meski mulai menunjukkan tren naik membuat kinerja sejumlah emiten minyak dan gas (migas) menjadi kurang optimal. 

Direktur Komersial PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Danny Praditya berharap harga minyak terus membaik sehingga bisa memberikan dampak positif bagi kinerja perusahaannya. "Kenaikan harga minyak harusnya positif bagi PGAS karena kami memang subtitusi terhadap minyak," ujarnya kepada kontan.co.id, Jumat (22/2).

Untuk pasar ekspor, Danny bilang pihaknya memiliki rencana untuk membidik pasar luar negeri. "Ke luar negeri, ada beberapa dalam konteks infrastruktur dan trading gas," ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Utama Direktur Utama PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) Sofwan Farisyi mengatakan lini bisnis perusahaanya hanya bergerak di bidang jasa pendukung migas. "Jadi kami tidak ekspor migas sehingga belum ada kontribusi dari ekspor bagi pendapatan kami saat ini," paparnya.

Investor Relation PT Elnusa Tbk (ELSA) Rifqi Budi Prasetyo juga mengungkapkan bahwa tantangan ke depan tak hanya bertumpuh pada fluktuasi harga minyak semata. "Tantangan ke depan tentu lebih kompleks dan penuh disrupsi. Tidak sebatas volatilitas harga minyak ataupun supply dan demand saja," paparnya hari ini.

Untuk menghadapi hal itu, ia mengatakan pihaknya tentu akan mengupayakan kinerja tahun ini lebih baik dari tahun lalu. "Upaya kami fokus kepada strategi total solution, optimalisasi jasa serta pengembangan model bisnis kami," tambahnya.

Direktur Utama Elnusa Tolingul Anwar juga mempaparkan strategi menggenjot jasa hulu migas berbasis non-aset serta jasa distribusi dan logistik energi yang dilakukan berhasil kembali memecahkan rekor pendapatan usaha tertinggi sebelumnya. "Pendapatan usaha tumbuh 33% dibandingkan tahun 2017," ujarnya dalam keterbukaan informasi, Selasa (19/2).

Tolingul menambahkan secara komposisi pendapatan, jasa hulu migas memberikan kontribusi sebesar 40% dan jasa distribusi logistik energi sebesar 56%, sedangkan sisanya sebesar 4% disumbangkan oleh jasa penunjang. 

"Kami meyakini bahwa hasil ini tergolong wajar ditengah kondisi industri migas saat ini. Karena mulai membaiknya harga minyak tidak serta merta menaikkan harga jasa hulu migas," tambahnya.

Tolingul optimis kinerja Elnusa akan lebih baik lagi pada tahun mendatang. "Hal ini ditopang dengan perolehan kontrak multiyears yang telah diterima pada bisnis non aset, peluang besar dan geliat jasa distribusi & logistik energi, serta nilai tambah total solution services yang kami berikan untuk jasa.
klien," ujarnya.

Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra mengatakan bahwa dari sisi kinerja, PGAS sudah mulai terlihat perbaikan di tahun lalu dan akan berlanjut di tahun 2019 ini. "Kinerja operasional semakin membaik dan dampaknya akan berimbas ke harga saham perseroan yang akan terus naik. Selain itu, margin distribusi gas mulai meningkat dan terlihat dari peningkatan volume dari sisi capaian kinerja per segmen industri," ujarnya pada Jumat ini.

Lalu untuk RUIS, ia bilang, kinerja masih akan tertahan oleh tingginya beban hutang. "Debt to Equity Ratio (DER) nya sebesar 2 kali. Saya juga lihat perseroan akan ada rencana penambahan pinjaman tahun ini yang akan membuat beban bunga tertahan di level yang tinggi. Hal ini pasti akan membuat pendapatan dan laba perusahaan tidak akan berbeda jauh dibanding tahun lalu meski RUIS menargetkan capaian pertumbuhan pendapatan sebesar 20%," jelas dia.

Sementara untuk MEDC, ia memaparkan MEDC masih akan fokus pada akuisisi Ophir Energy. "Story MEDC ini masih cukup panjang untuk dengan volatilitas kinerja laba bersih perusahaan yang terlihat sejak empat tahun terkahir ini," ujarnya.

Lalu untuk PT Elnusa Tbk (ELSA), Aditya memaparkan bahwa kinerja laba bersihnya di 2018 lebih baik dari dua tahun yang lalu sebab perseroan menggenjot jasa hulu migas berbasis non aset. 

Dari sisi saham, ia merekomendasikan untuk jual saham MEDC di jangka pendek. "Sale on strenght dengan target harga di level Rp 1.201 per saham," tambah dia. 

Sementara untuk saham RUIS, ia rekomendasikan untuk beli di jangka pendek. "Buy on weakness di level Rp 260 per saham," ujarnya. 

Untuk saham ELSA dan PGAS, Aditya merekomendasikan untuk hold di jangka pendek dengan target harga masing-masing di level Rp 420 per saham dan Rp 2.840 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×