Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah diproyeksi kembali melemah pada perdagangan hari ini (4/1). Tekanan bagi rupiah diperkirakan masih berlanjut setelah kemarin tampil tak berdaya dihadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, bahwa pasar sedang menunggu sejumlah indikator ekonomi terutama Amerika Serikat (AS) di pekan ini, termasuk nonfarm payrolls (NFP) bulan Desember dan risalah pertemuan terbaru The Fed. Serta, ekspektasi kebijakan moneter oleh Bank of Japan (BoJ) yang lebih ketat.
Fokus minggu ini akan teralihkan ke risalah pertemuan Bank Sentral AS yang akan dirilis pada hari ini.
"Pasar akan mengamati lebih banyak sinyal dari bank sentral tentang apakah ia berniat untuk lebih memperlambat laju kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang," tulis Ibrahim dalam riset harian, Selasa (3/1).
Ibrahim bilang, pasar memperkirakan probabilitas lebih dari 90% bahwa bank akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (Bps) pada bulan Februari.
BoJ akan melakukan pertemuan pada 18 Januari 2023, dimana pasar mengharapkan suku bunga tetap tidak berubah pada rekor terendah. Tetapi, setiap perubahan lebih lanjut pada langkah-langkah kontrol kurva imbal hasil akan diawasi dengan ketat.
Baca Juga: Hari Ini Melemah, Simak Proyeksi Pergerakan Rupiah pada Rabu (4/1)
Sementara Beijing telah mulai mengurangi sebagian besar tindakan anti Covid-19 yang ketat. Negeri Tirai Bambu tersebut juga menghadapi lonjakan infeksi Covid-19 yang luar biasa sehingga kemungkinan akan menghambat pertumbuhan dalam waktu dekat.
Dugaan itu semakin kuat setelah rilis data ekonomi China terus berjuang dengan meningkatnya infeksi. Sektor manufaktur China mencatat penurunan selama lima bulan berturut-turut.
Selain itu, perekonomian global masih terus menghadapi hantaman perlambatan pertumbuhan ekonomi. Ini juga merupakan bagian dari efek lanjutan risiko dari pandemi yang belum usai sepenuhnya.
Dunia kini dihadapkan juga pada perang Rusia-Ukraina yang tengah terjadi hingga menyebabkan kenaikan harga-harga komoditas. Konflik geopolitik itu mendorong terjadinya inflasi tinggi di seluruh dunia, terutama di negara-negara maju.
Kendati demikian, Ibrahim menuturkan, capaian Indonesia masih lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Ekspor komoditas yang meningkat tajam telah menopang ekonomi tanah air.
Jika dilihat secara makro, kondisi ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan negara lain. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2022 yang mengalami peningkatan.
Pada triwulan pertama 2022 pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,83%. Pada triwulan kedua 2022 meningkat menjadi 5,60%. Kemudian di triwulan ketiga 2022 meningkat menjadi 5,77%. Sedangkan di triwulan keempat kemungkinan di bawah 5%.
Baca Juga: Terlemah di Asia, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 15.601 Per Dolar AS Pada Hari Ini
"Kondisi ini bisa disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2022 diperkirakan di atas 5%, jelas Ibrahim.
Adapun pada perdagangan Selasa (3/1) rupiah Jisdor melemah 0,12% ke level Rp 15.590 per dolar AS. Sejalan, rupiah spot pun ditutup melemah 0,18% ke Rp 15.601 per dolar AS
Menurut Ibrahim, rupiah kemungkinan dibuka fluktuatif namun ditutup melemah pada rentang Rp. 15.590 - Rp. 15.650 per dolar AS di perdagangan hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News