Sumber: Bloomberg | Editor: Asnil Amri
NEW YORK. Sejumlah analis memperkirakan, harga emas pekan ini akan memasuki fase bullish untuk pekan kedua. Pemicunya adalah, adanya spekulasi perpanjangan program stimulus moneter di Amerika Serikat (AS) menyusul melemahnya mata uang dolar AS.
Setidaknya, 17 analis yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan, harga akan membaik dalam sepekan ke depan. Namun, ada 9 analis memproyeksi harga emas kana bearish dan enam analis menilai harga emas akan bertahan.
"Ini cukup jelas, dampak shutdown AS selama dua minggu membuat The Fed pikir-pikir untuk mengurangi stimulus," kata Jonathan Butler, analis logam mulia dari Mitsubishi Corp International kepada Bloomberg di London.
Tahun ini, harga emas di London sudah turun sebesar 19% menjadi US$ 1.352,05 per ounce. Sebagaimana diketahui, harga emas sempat mencapai rekor pada US$ 1.921,15 per ounce yang tercipta September tahun 2011.
Sebagaimana diketahui, awal Oktober lalu, AS sempat dilanda masalah keuangan karena senat AS tidak mengesahkan anggaran. Alhasil selama dua pekan lamanya, sebagian layanan pemerintah tutup atau shutdown.
Dampaknya berpengaruh bagi perekonomian AS, yang memukul mundur dolar AS dibandingkan mata uang utama lainnya. Penurunan nilai tukar dolar AS itu diyakini sejumlah analis akan mempengaruhi The Fed untuk mengurangi pembelian obligasi.
Michael Widmer, kepala riset pasar logam Bank of America Merrill Lynch di London menyatakan, sikap The Fed tersebut akan mempengaruhi harga komoditas. "Penundaan pengurangan stimulus the Fed akan mendukung harga komoditas,” kata Wildmer.
Dampak dari kebuntuan anggaran yang sepat terjadi di AS itu membuat investor menghindari harga emas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News