kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.195   5,00   0,03%
  • IDX 7.164   1,22   0,02%
  • KOMPAS100 1.070   0,97   0,09%
  • LQ45 838   0,57   0,07%
  • ISSI 216   -0,45   -0,21%
  • IDX30 430   0,42   0,10%
  • IDXHIDIV20 516   -1,25   -0,24%
  • IDX80 122   0,37   0,31%
  • IDXV30 126   -0,52   -0,42%
  • IDXQ30 143   -0,58   -0,40%

Simak Prospek Kinerja Emiten Semen di Tahun 2025


Kamis, 02 Januari 2025 / 18:57 WIB
Simak Prospek Kinerja Emiten Semen di Tahun 2025
ILUSTRASI. Para analis memberikan prospek dan rekomendasi saham untuk emiten semen di tahun 2025 mendatang


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten semen diperkirakan masih belum akan kokoh di tahun 2025 lantaran masih dibayangi kelebihan pasokan alias oversupply di pasar dalam negeri.

Presiden Direktur PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Christian Kartawijaya mengatakan, tantangan di industri semen masih berat di tahun 2025. Hal tersebut disebabkan masih berlangsungnya transisi pemerintahan baru.

Christian pun memperkirakan, pertumbuhan kinerja industri semen ada di sekitar 2%-3% di tahun depan.

Namun, jika program tiga juta rumah yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto bisa dikerjakan lebih awal, tidak mustahil jika pertumbuhan kinerja industri semen bisa di atas 5% pada tahun depan. 

“Pertumbuhan itu jadi sejalan dengan PDB Indonesia. Per satu rumah itu butuh sekitar 2,5 juta -2,7 juta ton semen. Jika ada 3 juta rumah, berarti butuh 6,7 juta ton,” ujarnya saat ditemui Kontan beberapa waktu lalu. 

Selain itu, INTP juga optimistis dengan permintaan semen dari kelanjutan pembangunan infrastruktur di tahun depan, termasuk dari proyek IKN. 

“Pembangunan MRT dan LRT di Jabodetabek juga bisa meningkatkan permintaan semen. Selain itu, sejumlah bangunan data center dan pabrik juga masih berlangsung,” paparnya.

Baru-baru ini, INTP juga mengakuisisi 50% saham PT Samudra Harmoni Prakarsa. Aksi korporasi itu dilakukan INTP melalui anak usahanya, PT Bahana Indonor.

Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Semen Indonesia (SMGR) di Tengah Musim Hujan

INTP melakukan penandatanganan Akta Jual Beli Saham untuk 56.000 saham Samudra Harmoni Prakarsa. Jumlah itu setara dengan 50% dari modal ditempatkan dan disetor dalam Samudra Harmoni Prakarsa oleh Bahana Indonor.

Sekretaris Perusahaan INTP Dani Handajani mengatakan, nilai transaksi jual beli saham Samudra Harmoni Prakarsa tersebut sebesar Rp 47,25 miliar. 

“Alasan transaksi adalah dalam rangka kerja sama pengelolaan dan pengoperasian Kapal MV Harmoni 1 untuk pengangkutan klinker, batu bara, atau kargo lainnya,” ujarnya dalam keterbukaan informasi di laman resmi INTP, Senin (30/12/2024).

Research Analyst Phintraco Sekuritas, Aditya Prayoga melihat, kinerja emiten sektor semen sepanjang tahun 2024 masih dihadapkan oleh kondisi oversupply yang terjadi di pasar. Akibatnya, kinerja emiten-emiten besar semen menjadi kurang memuaskan. 

Meskipun sektor ini mengalami tantangan dari sisi pasokan yang berlebih, permintaan terhadap semen curah (bulk cement) masih menunjukkan perkembangan yang positif. 

Permintaan atas bulk itu khususnya dari Jakarta dan sekitarnya serta Jawa Barat. Hal ini didorong oleh percepatan proyek-proyek infrastruktur seperti MRT, LRT, dan jalan tol. 

Permintaan untuk semen juga terangkat oleh pembangunan gudang, pabrik, dan perumahan di kawasan-kawasan baru di luar Jakarta.

“Kondisi itu turut menopang kinerja sektor semen di kala permintaan terhadap semen kantong mengalami penurunan,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (2/1).

Aditya melihat, kinerja emiten semen masih akan terhambat di tahun 2025 lantaran kondisi oversupply yang belum selesai.

Baca Juga: Gelar RUPSLB, Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Ubah Susunan Pengurus

Di sisi lain, daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya dan masih tingginya ketidakpastian ekonomi global, akan terus menekan permintaan terhadap semen kantong. 

Sebab, proyek-proyek perumahan kecil dan renovasi cenderung lebih sensitif terhadap kondisi ekonomi dan fluktuasi harga. 

“Dengan daya beli yang terbatas, konsumen dan pengembang properti mungkin akan menunda atau mengurangi volume proyek mereka, sehingga kondisi ini akan semakin memperburuk permintaan terhadap semen kantong,” ungkapnya.

Namun, terdapat harapan untuk emiten semen dari beberapa agenda yang akan dijalankan pemerintah. 

Misalnya, rencana pemerintah untuk membangun 3 juta rumah pada 2025 yang diharapkan dapat menjadi katalisator bagi sektor semen. 

“Proyek-proyek strategis, seperti kelanjutan pembangunan IKN dan program-program strategis nasional lainnya, diharapkan dapat meningkatkan konsumsi semen domestik dan membantu meredakan tekanan oversupply,” paparnya.

Aditya pun merekomendasikan beli untuk INTP dengan target harga Rp 8.100 per saham.

“Risiko-risiko utama termasuk daya beli yang lemah dan penurunan atau penundaan proyek-proyek infrastruktur domestik,” katanya.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer mengatakan, hingga akhir 2024, kinerja emiten semen kemungkinan masih terbebani oleh kondisi oversupply di pasar domestik dan tekanan dari tingginya biaya operasional, terutama akibat harga energi. 

Namun, beberapa emiten, seperti PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) masih diunggulkan berkat penguasaan pasar dan efisiensi operasionalnya. 

Selain itu, akuisisi strategis oleh INTP juga menjadi salah satu langkah untuk menekan biaya logistik. 

Baca Juga: Memasuki Usia Setengah Abad, Semen Baturaja (SMBR) Pertahankan Kinerja Positif

“Sentimen utama yang memengaruhi tahun lalu adalah perlambatan pembangunan infrastruktur dan permintaan sektor properti yang belum pulih sepenuhnya,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (2/1).

Miftahul melihat, prospek kinerja emiten semen di 2025 tetap menantang. Permintaan dari sektor properti dan infrastruktur akan sangat bergantung pada realisasi anggaran pemerintah serta tren suku bunga. 

Langkah INTP untuk mengakuisisi PT Samudera Harmoni Prakasa dapat menjadi salah satu strategi efisiensi biaya logistik. Namun, kontribusinya terhadap profitabilitas mungkin baru terasa dalam jangka panjang. 

Sentimen positif untuk sektor semen di tahun ini adalah potensi peningkatan aktivitas infrastruktur. Sementara, sentimen negatif adalah persaingan harga, kondisi oversupply, dan ketidakpastian anggaran. 

“SMGR dan INTP masih tetap menjadi pemain unggulan di tahun ini,” ungkapnya.

Meskipun begitu, untuk saat ini Khaer masih merekomendasikan wait and see untuk emiten sektor semen.

Sementara itu, Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, kinerja industri semen masih akan menghadapi tantangan di tahun 2025.

Salah satunya adalah tekanan akibat kebijakan pemerintah di bawah Presiden Prabowo Subianto yang lebih fokus pada efisiensi anggaran infrastruktur.

Baca Juga: Semen Indonesia Perkuat Keunggulan Operasional Lewat Eco-Inovasi dan Inovasi Sosial

“Penurunan permintaan semen untuk proyek-proyek besar juga berpotensi menghambat pertumbuhan, sementara oversupply terus membayangi pasar domestik,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (2/1).

Hendra merekomendasikan buy on weakness untuk INTP di level Rp 7.100 per saham, karena valuasi saham di level ini cukup menarik dengan potensi kenaikan harga hingga Rp 8.400 per saham.

Salah satu sentimen positif pendorong kinerja INTP di tahun ini adalah efisiensi biaya dari akuisisi SHP, penurunan harga batubara, dan peluang ekspor perseroan yang lebih besar.

“Meskipun tantangan tetap ada, langkah strategis INTP melalui akuisisi ini memberikan sinyal positif untuk mempertahankan daya saing di tengah tekanan industri yang berat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×