kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Peluang Emiten Farmasi di Tengah Pandemi Covid-19 yang Belum Reda


Senin, 14 Februari 2022 / 08:01 WIB
Simak Peluang Emiten Farmasi di Tengah Pandemi Covid-19 yang Belum Reda
ILUSTRASI. Tablet obat produksi Kalbe Farma.


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 yang masih berlanjut membuat masyarakat tetap memperhatikan kesehatan dengan mengonsumsi vitamin, suplemen, maupun obat yang diproduksi emiten farmasi. Akan tetapi, Sektor farmasi dibayangi perlambatan pertumbuhan di tahun ini.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas, Pandhu Dewantoro mengatakan, pandemi yang sudah berlangsung selama 2 tahun ini telah mengubah gaya hidup masyarakat menjadi lebih peduli dengan kesehatan. Hal ini berbanding lurus dengan tingkat konsumsi, tidak hanya obat tapi juga vitamin, suplemen dan produk kebersihan seperti masker, hand sanitizer dan disinfektan.

Jika bercermin dari kinerja tahun 2021 lalu, emiten sektor farmasi memang rata-rata mencatatkan pertumbuhan pendapatan yang cukup signifikan dibanding rata-rata pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya.

"Artinya memang ada dampak positif terhadap kinerja emiten di sektor farmasi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (12/2).

Baca Juga: Permintaan Pemeriksaan Harian Sejumlah Penyedia Layanan Tes Covid-19 Meningkat

Nah, ke depannya dia menilai prospek pertumbuhan yang lebih kuat bukan dari segmen obat, melainkan produk konsumen seperti vitamin dan suplemen lain. Sehingga emiten yang mampu mengolah segmen ini akan lebih diuntungkan. Hal tersebut juga seiring dengan masyarakat yang memilih untuk melakukan isolasi mandiri di tengah varian Omicron ini.

Kendati begitu, sektor ini dibayangi potensi perlambatan pertumbuhan, karena diproyeksikan akan sulit mempertahankan pertumbuhan yang tinggi seperti tahun lalu tanpa katalis yang kuat. Hal ini disebabkan oleh kondisi pandemi yang sudah semakin baik atau memang masyarakat yang mulai jenuh sehingga melonggarkan proteksi mereka.

Sementara itu, Analis Fundamental B-Trade, Raditya Pradana bilang, varian Omicron yang berdasarkan beberapa penelitian dianggap sebagai seasonal flu karena dampaknya tidak terlalu parah. Karenanya, ia berpendapat membuat prospek dari saham farmasi tertekan.

Menilik pergerakan sahamnya, dia melihat pergerakannya sideways cenderung bearish. "Menandakan investor masih wait and see, terutama menunggu hasil laporan keuangan kuartal IV dan tahunan dari berbagai emiten farmasi," sebutnya.

Pandhu juga melihat, secara teknikal dalam beberapa bulan ini volume transaksi relatif sepi dan terjadi ketidaksinkronan pergerakan di sektor farmasi. Dia melihat SIDO dan KLBF bergerak uptrend karena cukup berhasil menggenjot segmen produk konsumennya, sedangkan KAEF, INAF, dan TSPC cenderung masih stagnan yang mana masih mengandalkan produk obat atau farmasi saja.

"Hal ini menjadi pertanda bahwa pasar cenderung bergerak berdasar dari prospek individu masing-masing perusahaan," katanya.

 

Oleh sebab itu, ia menilai sehingga potensi kenaikan saham dari sektor farmasi akan cenderung terbatas, selain karena secara valuasi juga sudah relatif mahal. Misalnya, saham SIDO yang miliki tingkat pertumbuhan yang paling konsisten dan ROE yang paling tinggi namun saat ini sudah diperdagangkan pada PE 22x dan PBV 8,1x.

Kemudian KLBF berada pada PE 25x dan PBV 3,7x, masing-masing tidak jauh dari rata2 PE dan PBV 5 tahun terakhir. "Berdasarkan beberapa faktor di atas, secara keseluruhan kami menilai netral untuk sektor farmasi tahun ini," imbuh Pandhu.

Senada, Raditya juga melihat sektor farmasi masih kurang bergairah sehingga untuk saat ini kurang begitu menarik. Walau begitu, berdasarkan valuasinya dia menjagokan saham KLBF dengan target harga Rp 2.100 dan SIDO dengan target harga Rp 1.100.

Sementara itu, Analis Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei menyematkan rating overweight untuk sektor ini. Menurutnya, selama Covid-19 masih ada maka sektor farmasi masih mendapat katalis positif.

Oleh sebab itu, dia menyarankan juga investor untuk memperhatikan pertumbuhan kinerja emiten sektor ini, terutama sebelum Covid-19. Lalu memperhatikan apakah emiten memproduksi obat sendiri, memiliki jaringan distribusi sendiri, brand awareness, dan market share produk.

"Jika kinerja tahun ini terus meningkat dari pendapatan dan laba, kemungkinan harga saham juga akan mengikuti naik," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×