Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Menemani aktivitas Anda di pagi hari, kami menyuguhkan berita bursa saham di halaman 4 Harian KONTAN edisi Rabu (2/12). Berikut ini rangkumannya.
Prospek Emiten Konstruksi BUMN
Emiten konstruksi pelat merah tampaknya harus bekerja ekstra keras hingga pengujung tahun ini. Sebab, selama Januari hingga November, realisasi kontrak baru emiten konstruksi BUMN masih di bawah target.
Hingga akhir November 2015, empat emiten konstruksi pelat merah baru meraih kontrak baru senilai total Rp 78,03 triliun. Jumlah itu setara 72,7% dari total target keempat emiten di akhir 2015 senilai Rp 107,3 triliun.
Sejauh ini, pencapaian terbaik diperoleh PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dengan meraup kontrak baru Rp 27,9 triliun. Angka itu setara 93% target tahun ini Rp 30 triliun. Kontrak baru WSKT masih didominasi proyek BUMN sebesar 60%. Adapun proyek pemerintah dan swasta masing-masing menyumbang 26% dan 14%.
Sementara PT PP Tbk (PTPP) mengantongi kontrak baru Rp 20 triliun atau 74% target. Sedangkan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI) baru mengantongi masing-masing Rp 19,03 triliun dan Rp 11,1 triliun. Realisasi kontrak baru WIKA cuma 60,15% target dan ADHI baru Rp 59,3% target.
PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB)
Kinerja keuangan PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) menyusut. Hingga akhir September 2015, penjualan SMCB menurun 2,99% year-on-year (yoy) menjadi Rp 6,5 triliun.
Beban penjualan SMCB juga membengkak 6,2% (yoy) menjadi Rp 5 triliun. Dus, laba brutonya hanya mencapai Rp 1,4 triliun.
Di saat yang sama, beban keuangan SMCB melonjak hampir lima kali lipat menjadi Rp 664,7 miliar. Sehingga, SMCB menderita kerugian bersih Rp 372,3 miliar. Di periode sama tahun lalu, SMCB masih bisa mengeduk laba hingga Rp 598 miliar.
Kewajiban SMCB juga menanjak cukup tinggi menjadi Rp 10,06 triliun. Liabilitas itu termasuk kewajiban jangka pendek Rp 4,6 triliun dan kewajiban jangka panjang Rp 5,4 triliun. Sementara pinjaman jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu setahun ke depan mencapai Rp 1,6 triliun.
PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE)
PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) menargetkan pertumbuhan pendapatan tinggi tahun depan. Hengky Setiawan, Presiden Komisaris TELE, mengatakan, pihaknya membidik pendapatan Rp 24 triliun atau naik 20% dibandingkan dengan target tahun ini yang sebesar Rp 20 triliun.
Tahun depan, pendapatan terbesar TELE tetap berasal dari bisnis voucer dan kartu perdana telepon. TELE juga akan menggenjot bisnis telepon seluler.
Hingga kuartal ketiga, TELE mencetak pendapatan Rp 14,7 triliun atau 73,5% dari target tahun ini. Laba bersih masih tumbuh 20,4% ketimbang periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 289,8 miliar.
Tahun depan, TELE akan fokus pada ekspansi pembukaan jalur distribusi. "Kami ingin menambah jalur distribusi kalau perlu sampai ke pelosok-pelosok dan memperkuat distribusi yang sudah kami miliki," ujar Hengky, belum lama ini.
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mengajukan perpanjangan pembelian kembali (buyback) saham kepada Otoritas Jasa Keuangan.
Dalam keterbukaan informasi SIDO menjelaskan, akan memperpanjang masa buyback untuk tiga bulan ke depan, sejak 1 Desember 2015 hingga 29 Februari 2016. Dalam aksi korporasi ini, SIDO mengalokasikan dana sekitar Rp 198 miliar.
SIDO memperpanjang masa buyback lantaran targetĀ periode sebelumnya belum tercapai, yakni maksimal 2,2% saham.
SIDO baru menghentikan buyback jika harga sahamnya di Rp 600 per saham. Kemarin (1/12), harga SIDO di posisi Rp 540 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News