Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mencatatkan penurunan kinerja pada semester pertama tahun ini. Sepanjang enam bulan pertama ini, laba bersih SMGR turun 10,1% menjadi Rp 1,96 triliun dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang senilai Rp 2,19 triliun.
Salah satu penyebab penurunan laba bersih itu adalah turunnya pendapatan perusahaan semen BUMN ini sebesar 1,3% menjadi Rp 12,47 triliun di periode yang sama.
Manajemen SMGR mengatakan, saat ini terjadi oversupply semen di Indonesia, karena banyak pemain baru yang masuk. Sejumlah produsen semen pun menggunting harga sehingga terjadi perang harga.
Fahressi Fahalmesta, analis Kresna Securities, dalam risetnya, Kamis (4/8), mengatakan, perang harga semen saat ini cukup memprihatinkan. Perang harga merupakan strategi sejumlah perusahaan untuk mengamankan volume penjualan. Sejauh ini SMGR tetap mempertahankan harga untuk mempersempit pengurangan harga jual rata-rata.
"Jika peningkatan volume penjualan bisa mengimbangi tekanan harga, dampak sepanjang tahun 2016 ini tidak akan parah," kata Fahressi.
Volume penjualan semen SMGR di semester I naik 1,6% ke 13,63 juta ton. Pencapaian tersebut termasuk penjualan anak usaha SMGR, Thang Long Cement Vietnam.
M Al Amin, analis Millenium Danatama Sekuritas, juga menyebut penurunan kinerja SMGR akibat banyaknya pendatang baru. Persaingan ketat berdampak terhadap penurunan margin. Meskipun, sebagai market leader, SMGR memiliki jaringan distribusi yang lebih luas.
Masuk ke hilir
Tahun depan, industri semen berpeluang membaik, terutama bagi SMGR. "Industri semen bakal ditopang oleh permintaan domestik untuk proyek-proyek infrastruktur. Industri sektor properti juga membaik seiring dengan dampak positif dari tax amnesty dan pelonggaran loan to value (LTV)," ujar Al Amin kepada KONTAN, Selasa (09/08).
Menghadapi perang harga dan oversupply, SMGR akan ekspansi ke pasar regional, serta masuk industri hilir.
Seperti yang diberitakan KONTAN sebelumnya, SMGR akan mengakuisisi perusahaan ready mix dan beton di sektor hilir melalui anak usaha PT Semen Indonesia Beton. Manajemen SMGR menyatakan tidak menggelontorkan dana investasi yang besar pada anak usaha ini.
Amin melihat, rencana akuisisi yang dilakukan perseroan sangat positif dan sejalan dengan bisnis utama perseroan. Sampai dengan akhir tahun ini, Amin memprediksikan, laba bersih SMGR turun 0,5% menjadi Rp 4,49 triliun.
"Namun tahun 2017 dan 2018 akan kembali tumbuh masing-masing 6,4% dan 8,8%.," kata Amin.
Ia merekomendasikan buy saham SMGR dengan target harga Rp 13.475. Fahressi memangkas proyeksi pendapatan dan laba bersih SMGR menjadi 6,1% atau Rp 27,3 triliun dan 11% atau Rp 4,24 triliun.
Budi Rustanto, analis Valbury Asia Securities, merekomendasikan, buy SMGR dengan target Rp 12.000.
Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri juga merekomendasikan buy SMGR dengan target Rp 13.200. Pada perdagangan kemarin (9/8), harga saham SMGR naik 7,66% menjadi Rp 11.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News