Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) semakin tekun dalam mengembangkan bisnis Energi Baru Terbarukan (EBT) atau energi hijau. Sebagai bukti keseriusannya, ADRO telah menyusun roadmap alias peta jalan.
Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menilai perlu waktu dalam melakukan transisi energi fosil menjadi energi hijau sebagai bentuk komitmen zero net karbon pada 2060 mendatang.
Dia mengibaratkan transmisi energi ini tak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Artinya, untuk beralih dari energi fosil menuju hijau perlu waktu yang lama dan secara bertahap.
Baca Juga: IHSG Menguat ke 6.864 Hingga Tutup Pasar Kamis (26/1), Sektor Energi Terjun 1,89%
"Peralihan itu tidak seperti membalikkan tangan. Kami ada roadmap karena kami memahami cepat atau lambat kita akan meninggalkan bahan bakar fosil, tapi memang ada tahap-tahapannya," jelas dia Hotel Fairmont, Jumat (26/1).
Pria yang akrab dipanggil Boy Thohir ini bilang Adaro sudah punya tiga pilar yang diarahkan menuju energi hijau. Mulai dari Adaro Energy, Adaro Minerals hingga Adaro Green Energy.
Dia menjelaskan Adaro yang tadinya hanya fokus menggarap komoditas batubara kini telah bertransformasi untuk ke sektor minerals melalui, PT Adaro Minerals Energy Tbk (ADMR).
Baca Juga: Australia Terapkan Pembatasan Ekspor Batubara, Begini Dampaknya ke Emiten
Lewat Adaro Minerals, ADRO mulai merambah bisnis aluminium. Boy menyebut tidak menutup kemungkinan Adaro bakal berkolaborasi dengan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) untuk masuk ke bauksit, nikel, tembaga dan lainnya.
"Pilar terakhir di 10 sampai 20 tahun yang akan datang kami menuju apa yang disebut dengan Adaro Green, yang mana akan besar-besaran di hydro, angin, solar dan lainnya,” tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News