Reporter: Dityasa H Forddanta, Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pasar saham agaknya sudah telanjur jatuh hati dengan sosok Joko Widodo (Jokowi). Itu sebabnya, begitu langkah Jokowi menuju RI 1 bakal terjal, pasar saham ngamuk habis-habisan.
Kemarin, pasar saham jatuh dalam sekitar 155,67 poin atau 3,16% menjadi 4.765,73. Ini adalah hukuman pasar terhadap Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang gagal memenuhi ambang batas perolehan suara pencalonan presiden (presidential threshold).
Kegagalan partai berlambang banteng moncong putih itu dinilai pasar bakal menyulitkan Jokowi. "Pasar membutuhkan perubahan dan Jokowi bisa menjadi alternatif," kata Norico Gaman, Kepala Riset BNI Securities, kemarin.
Dus, jalan koalisi harus ditempuh, termasuk untuk menentukan pasangan calon wakil presidennya. Persoalannya, penjajakan koalisi bisa berlangsung lama dan alot. Inilah yang dianggap pasar sebagai ketidakpastian baru yang dibenci pasar.
Nah, soal calon pasangan ideal bagi Jokowi, Norico menyatakan, Jokowi membutuhkan wakil yang berkarakter tegas dan bertipe eksekutor, khususnya untuk urusan birokrasi. Tidak peduli datang dari kalangan sipil atau militer, tapi yang jelas, dia melihat, Jokowi akan lebih optimal performanya apabila memiliki pasangan yang tegas.
"Sejauh ini tidak ada kandidat lain yang memiliki karakter seperti itu kecuali Prabowo Subianto," tandasnya. Alhasil, pasangan Jokowi-Prabowo termasuk ide yang ideal.
Setali tiga uang, Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia menyatakan bahwa Jokowi memang menjadi pilihan favorit pelaku pasar. Sebab, pelaku pasar menilai, Gubernur DKI Jakarta tersebut sebagai sosok yang baru, bisa membawa perubahan, sigap bekerja dan jauh dari citra negatif. Hanya saja, Jokowi harus didampingi sosok wakil presiden yang tegas. Ia pun sependapat dengan Norico bahwa duet Jokowi-Prabowo cukup ideal di mata pasar.
"Bisa dibilang pasangan tersebut sama Jokowi-Ahok jilid kedua," kata dia. Persoalannya, apakah Prabowo rela menjadi calon wakil presiden Jokowi? Begitu pula dengan PDIP yang belum tentu merelakan posisi calon RI 1 diserahkan kepada Prabowo.
Namun pengamat pasar modal, Arman Boy Manullang melihat, pasar cenderung tidak menyenangi sosok Prabowo dan Aburizal Bakrie sebagai kandidat presiden. Pasalnya, Prabowo telah memberi pernyataan yang seakan-akan menunjukkan anti-asing dan tidak pro pasar modal.
Pasar juga cenderung memiliki sentimen negatif terhadap Aburizal. Ini dikarenakan historis sepak terjangnya mengelola perusahaan serta track record sejumlah emiten saham yang berada di bawah kendali Grup Bakrie. Oleh karena itu, kata Arman, Jokowi menjadi pilihan ideal pelaku pasar.
Dia melihat, pasangan yang paling tepat mendampingi Jokowi adalah Jusuf Kalla atau Gita Wirjawan. Duet Jokowi-JK, lanjut Arman, bisa lebih fokus mengembangkan sektor riil di Tanah Air. Apabila Jokowi-Gita bersanding, duet ini akan memberikan angin segar bagi iklim investasi.
Selain itu, makro ekonomi pun akan turut menjadi perhatian pasangan tersebut. Kepala Riset Bahana Securities Harry Su justru menilai, sosok calon wakil presiden tidak begitu dominan mempengaruhi pasar.
Yang penting, Jokowi bisa melenggang bertarung ke kursi presiden. "Selain Jokowi, pasar akan turun," imbuh Harry.
Senada, Setiawan Efendi, analis Phintraco Securities juga menilai, ketimbang calon presiden lain, Jokowi merupakan pilihan paling diterima pasar.
"Pendampingnya kemungkinan yang tepat adalah Dahlan Iskan," ujar Setiawan. Dia menilai, kedua sosok tersebut tidak memiliki sejarah buruk. Terlebih lagi, lanjut dia, sosok Jokowi dan Dahlan terkenal gesit dan cepat mengambil keputusan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News