kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Siap-siap akan banjir obligasi di 2017


Rabu, 21 Desember 2016 / 08:28 WIB
Siap-siap akan banjir obligasi di 2017


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi pada tahun 2017 diprediksi bakal mengukir rekor baru. Permintaan juga diprediksi naik, terutama untuk menampung dana amnesti pajak dan permintaan industri keuangan non bank (IKNB).

Mengacu data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per 20 Desember 2016, jumlah penerbitan obligasi korporasi sepanjang tahun 2016 mencapai Rp 112,43 triliun. Angka tersebut menjadi level tertinggi selama ini.

Selanjutnya pada tahun 2017, Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) Salyadi Saputra memprediksi, penerbitan obligasi korporasi berpotensi mencetak rekor hingga mencapai Rp 119,6 triliun. Maklum, surat utang korporasi yang bakal kedaluwarsa tahun depan mencapai Rp 79 triliun.

Biasanya, korporasi akan menerbitkan obligasi baru untuk menutupi utang jatuh tempo alias refinancing. PEFINDO sendiri sudah mengoleksi mandat pemeringkatan obligasi Rp 21,3 triliun dari 28 perusahaan yang akan menerbitkan surat utang di 2017.

Mayoritas mandat berasal dari industri keuangan, yakni perusahaan pembiayaan dan perbankan. Lalu diikuti oleh perusahaan sektor properti, energi, manufaktur, konstruksi dan kimia. "Beberapa mandat yang kami terima untuk kebutuhan refinancing," jelas Salyadi.

Ramainya penerbitan obligasi bakal didukung oleh membaiknya fundamental makro ekonomi Indonesia. Tahun depan, ekonomi diprediksi kembali tumbuh, inflasi terkendali, dan kurs rupiah lebih stabil. Terlebih tingkat suku bunga dalam negeri masih relatif rendah.

Emiten bakal berusaha mengais sumber pendanaan dari pasar obligasi lantaran biaya pendanaan alias cost of fund (CoF) lebih mini ketimbang utang perbankan.

Tapi Senior Research and Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo punya pendapat beda. Ia pesimistis, penerbitan obligasi korporasi di 2017 dapat melampaui realisasi tahun ini. Maklum, pelonggaran suku bunga acuan dalam negeri akan terbatas tahun depan.

Bahkan suku bunga BI 7-day reverse repo rate berpotensi naik. Tantangan utama bersumber dari eksternal, yakni rencana The Fed menaikkan suku bunga tiga kali. Tren kenaikan harga minyak dunia juga berpotensi mengerek harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) juga akan memicu inflasi.

"Kupon yang ditawarkan emiten bisa jadi lebih tinggi," tutur Beben.

Hal tersebut akan membuat sebagian emiten enggan menerbitkan obligasi karena CoF yang lebih mahal. Permintaan tinggi Jika penerbitan obligasi korporasi sesuai prediksi PEFINDO, maka pasar akan banjir pasokan surat utang. Apalagi, pemerintah menargetkan menerbitkan surat berharga negara (SBN) gross senilai Rp 596,8 triliun tahun depan.

Tapi Salyadi optimistis, pasokan obligasi korporasi akan terserap pasar. Permintaan berasal dari mengalirnya dana amnesti pajak. Likuiditas pasar obligasi korporasi yang membaik akan menarik minat investor asing. Apalagi IKNB, semisal dana pensiun dan asuransi, berpotensi memboyong surat utang terbitan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) guna memenuhi aturan minimal investasi pada SBN.

Salyadi menilai, surat utang sektor keuangan masih akan mendominasi pasar tahun depan. Namun, emiten sektor infrastruktur juga gencar menelurkan obligasi. Senada, Beben menduga, tingkat permintaan obligasi korporasi tahun depan masih tinggi. Sebab, kupon yang ditawarkan obligasi korporasi lebih atraktif ketimbang jenis instrumen lainnya, semisal deposito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×