Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Test Test
JAKARTA. Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) siap bersaing dengan koleganya yang lebih tua, Bursa Berjangka Jakarta (BBJ). Tujuannya memakmurkan pasar berjangka Indonesia.
Selama dua bulan ke depan, BKDI menargetkan, volume transaksi perdagangan di lembaga itu bisa mencapai 500 lot per hari. "Selama ini, volume transaksinya sebanyak 200 lot per hari," kata Direktur Utama BKDI, Megain Widjaja, seusai grand launching BKDI di Jakarta, kemarin (31/3).
Selanjutnya, BKDI mengharapkan perdagangan di pasar berjangka bisa kian membesar. Saat ini, BKDI baru menggulirkan transaksi satu produk berupa kontrak emas, yang bernama GOLDGR. Ada 15 perusahaan pialang serta pedagang komoditas dan derivatif yang menjadi anggota BKDI. Tujuh di antaranya adalah perusahaan minyak sawit mentah (CPO).
Pialang asing
Selain pialang domestik, BKDI pun menerima anggota pialang luar negeri. Hal itu juga diamini Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Deddy Saleh. Dia bilang, selama ini tak ada larangan bagi pialang asing untuk berdagang di Indonesia. "Tahun lalu ditegaskan lewat peraturan bahwa pialang asing boleh berdagang di Indonesia," katanya.
Akhir 2009, Bappebti menerbitkan surat keputusan No 74/BAPPEBTI/per/12/2009 yang mengatur kepemilikan saham Pialang Berjangka Asing hingga 95%. Bappebti juga merilis surat keputusan tetang adanya keanggotaan remote trader. Keanggotaan ini memungkinkan pelaku asing yang berdomisili di luar Indonesia bisa bertransaksi di bursa komoditas Indonesia. Caranya, menjadi direct member bursa berjangka dan anggota kliring Identrust Security International (ISI) untuk menyelesaikan transaksinya sendiri.
Saat ini ada tiga pialang asing yang bakal menjadi anggota BKDI. Ketiganya adalah Phillips Futures dan Ong First dari Singapura, serta OSK dari Malaysia.
Di pengujung April 2010, BKDI berencana meluncurkan kontrak berjangka CPO, yang bernama CPOTR. Penyerahan kontrak berjangka CPO ini di pelabuhan Belawan, Dumai, dan Pelintung.
BDKI akan menyasar tiga kelompok komoditas. Pertama, perkebunan (CPO, kopi, dan kakao). Kedua, kelompok logam (emas dan timah). Terakhir, sektor energi (batubara dan minyak). "Target awal kami membangun likuiditas," kata Megain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News