Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KUALA LUMPUR. Selama tujuh hari terakhir, harga crude palm oil terus menerus tertekan. Namun, pada hari ini (6/12), harga kontrak CPO untuk pengantaran Februari berhasil naik sebesar 1,3% menjadi 2.313 ringgit atau US$ 759 per metrik ton di Malaysia Derivatives Exchange. Pada penutupan sesi pagi, harga CPO berada di level 2.302 ringgit.
Sementara, kemarin (5/12), harga kontrak CPO ditutup pada level 2.284 ringgit. Ini merupakan level terendah sejak 2 Oktober lalu. Penurunan selama tujuh hari berturut-turut merupakan penurunan terburuk sejak 30 November 2011 lalu.
Salah satu penyebab yang mengerek harga CPO kali ini adalah spekulasi investor bahwa cadangan CPO di Malaysia tidak akan melejit menembus rekor seiring penurunan produksi. Berdasarkan hasil survei Bloomberg, cadangan CPO di Malaysia akan berada di level 2,5 juta ton pada bulan November. Bandingkan dengan cadangan CPO pada Oktober yang mencapai 2,51 juta ton.
Sementara, hasil survei yang sama menunjukkan, tingkat produksi akan turun 5,7% menjadi 1,83 juta ton. Sebaliknya, tingkat ekspor akan naik 1,7% menjadi 1,79 juta ton. Catatan saja, Malaysia Palm Oil Board akan merilis data mengenai cadangan CPO pada 10 Desember mendatang.
"Penurunan cadangan akan sedikit meningkatkan kepercayaan. Pelaku pasar terus membicarakan mengenai kenaikan cadangan CPO selama beberapa minggu terakhir. Sehingga, mereka melakukan langkah hati-hati," jelas Donny Khor, associate director for futures and options OSK Investment Bank Bhd.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News