Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Cipta Wahyana
JAKARTA. Di perdagangan sesi I Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada posisi 5.102,59. Artinya indeks telah mendaki 23,91 poin atau 0,47%.
Bagaimana nasib IHSG di sesi II? Analis PT Asjaya Indosurya Securities Dimas Adrianto memperkirakan, di sesi kedua transaksi siang ini, IHSG akan tetap menguat, meski secara terbatas.
Ada sejumlah faktor yang mendasari keyakinan Dimas. Yang pertama, animo asing untuk berbelanja tampak masih tinggi. Selama sesi I, asing mencatatkan net buy Rp 2,72 miliar. Selain itu, bursa Jepang juga kembali menguat setelah sebelumnya dibuka melemah mengikuti pelemahan bursa Amerika Serikat. Di saat yang sama, indeks berjangka (future) DJIA juga terlihat menguat.
"Penguatan diperkirakan terjadi pada semua sektor, kecuali pelemahan tipis pada sektor properti. Ini menunjukkan penguatan IHSG pada hari ini cukup kuat," kata Dimas Jumat (17/5).
Selain itu penguatan beberapa saham emiten bekapitalisasi besar juga akan menopang penguatan bursa sesi II. Karena itu, Dimas memprediksi, IHSG akan bergerak pada rentang support 5.041 dan resistance 5.118.
Dimas menyarankan investor memperhatikan beberapa emiten seperti BCAP, INDF, AISA, JPFA, BMTR, BBTN, TELE, MEDC, dan SMGR.
Senada, analis Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai, sentimen regional, domestik, dan global masih netral. Kondis ini membuat indeks di lantai bursa masih akan bergerak variatif dengan kecenderungan menguat.
Menurut Satrio, IHSG masih berpeluang mencetak rekor baru hingga penutupan nanti. Sebab, catatan rekor indeks terakhir yang ada pada 5.115 tidak terlalu sulit untuk dilewati. Ia memprediksi, IHSG akan berada pada rentang support 5.075 dan resistance 5.125. "Pergerakan IHSG masih oke, masih dalam rentang zona hijau," kata Satrio.
Meski begitu, Satrio mengaku tidak dapat memberikan banyak rekomendasi. Satrio mencontohkan, di sektor batubara memang tengah terjadi technical rebound. Tapi, di sektor ini, Satrio hanya merekomendasikan saham ITMG.
Secara umum, Satrio menyarankan investor lebih hati-hati menjelang pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sebab, jika ada sentimen negatif sedikit saja dari bursa regional, asing tak akan segan melepaskan saham yang mereka kempit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News