kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Seri jangka pendek-menengah akan jadi incaran peserta lelang SBSN pada Selasa (9/3)


Minggu, 07 Maret 2021 / 19:18 WIB
Seri jangka pendek-menengah akan jadi incaran peserta lelang SBSN pada Selasa (9/3)


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) yang digelar pada Selasa (9/3) diperkirakan akan mengalami penurunan minat. Sentimen eksternal berupa kenaikan US Treasury dinilai akan membuat investor menahan diri untuk masuk pada lelang tersebut.

Dalam lelang tersebut, pemerintah sendiri memasang target indikatif sebesar Rp 12 triliun. Adapun, pada lelang SBSN sebelumnya (23/2), jumlah penawaran yang masuk hanya Rp 24,24 triliun. 

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, rally kenaikan US Treasury dalam beberapa waktu terakhir memang cenderung menekan pasar obligasi Indonesia. Kondisi tersebut akan membuat investor asing cenderung tidak akan melirik pasar obligasi Indonesia terlebih dahulu dan memilih menyimpan dananya di Amerika Serikat.

Baca Juga: Begini kesiapan BFI Finance untuk melunasi obligasi yang bakal jatuh tempo

“Akan tetapi, dengan likuiditas dari investor domestik yang masih melimpah akan mampu menjaga penawaran yang masuk masih akan cukup baik. Oleh karena itu, penawaran yang masuk setidaknya masih akan berada di kisaran Rp 20 triliun,” kata Ramdhan kepada Kontan.co.id, Minggu (7/3).

Namun, dengan kondisi market yang masih tertekan oleh kenaikan US Treasury, Ramdhan melihat yield Indonesia masih berpotensi untuk mengalami pelemahan. Ia memperkirakan, untuk yield SUN acuan 10 tahun masih akan bergerak tipis di kisaran 6,6% - 6,7% sehingga permintaan yield dari peserta lelang akan lebih tinggi.

Permintaan yield yang cukup tinggi ini turut menjadi faktor yang mengakibatkan pemerintah dalam beberapa waktu terakhir mengadakan lelang tambahan. Ramdhan melihat langkah pemerintah untuk mengadakan lelang tambahan adalah bentuk bargaining power.

“Jadi, meskipun kebutuhan akan dana dari pemerintah itu tinggi, pemerintah tidak akan menyerap semua penawaran yang masuk. Pemerintah sejauh ini  hanya memenangkan yield yang memang sesuai dengan pasar sekunder dan akhirnya mengadakan lelang tambahan pada keesokan harinya,” imbuh Ramdhan.

Baca Juga: Mulai pulihnya ekonomi AS berpotensi menekan rupiah dan obligasi Indonesia

Pada lelang SBSN besok, Ramdhan memperkirakan seri PBS017 yang akan jatuh tempo pada 2025 dan seri PBS029 yang akan jatuh tempo pada 2034 yang akan menjadi incaran peserta. Kedua seri ini dinilai menjadi incaran karena punya volatilitas yang lebih rendah, sehingga cocok pada kondisi yang banyak diselimuti ketidakpastian saat ini.

Selanjutnya: Lelang SBSN Selasa nanti diperkirakan hanya akan kantongi Rp 20 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×