kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,72   -19,77   -2.14%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Serapan capex baru 40% hingga kuartal III-2021, ini penjelasan Alkindo (ALDO)


Minggu, 05 Desember 2021 / 08:44 WIB
Serapan capex baru 40% hingga kuartal III-2021, ini penjelasan Alkindo (ALDO)
ILUSTRASI. Pengemasan?produk tas kertas atau paper bag di pabrik PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO), Bandung, Jawa Barat


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Penyerapan belanja modal atawa capital expenditure (capex) PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) jelang akhir tahun 2021 ternyata masih minim. Emiten yang bergerak pada bisnis kertas dan bahan kimia terintegrasi, baru menyerap capex sekitar 35% hingga 40% hingga kuartal III 2021.

Sekedar mengingatkan, ALDO mengalokasikan capex sebesar Rp 185 miliar untuk tahun ini. Artinya, hingga akhir September 2021, Alkindo Naratama baru menggunakan capex sekitar Rp 74 miliar.

H. Sutanto, Direktur Utama PT Alkindo Naratama mengatakan, serapan capex tersebut lambat diakibatkan keterlambatan pengiriman dari supplier.

"Sampai dengan September ini serapan capex ALDO sudah 35% sampai dengan 40%. Sampai akhir tahun diperkirakan serapan mencapai 65% hingga 70%, karena adanya keterlambatan pengiriman dari supplier," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (3/12).

Dari anggaran capex Rp185 miliar di tahun ini, Sutanto mengatakan, sebesar Rp 170 miliar diantaranya untuk investasi pabrik dan mesin di ECO Paper Indonesia, sementara Rp 15 miliar sebagian besar untuk kertas konversi ALDO. Lalu, sisanya untuk anak usaha lainnya PT Alfa Polimer Indonesia (ALFA) dan PT Swisstex Naratama Indonesia (Swisstex).

Baca Juga: Pendapatan Alkindo Naratama (ALDO) tumbuh 33% pada kuartal III 2021

ALDO masih melihat banyak peluang dalam proyeksi atau outlook bisnis tahun depan. Salah satunya adalah dari bisnis kertas coklat yang dinilai potensial bagi pertumbuhan berkelanjutan.

Kertas coklat ini bersinggungan dengan bisnis logistik pula, terutama di bagian pengemasan atau packaging. Contohnya adalah kertas kardus untuk pengemasan membutuhkan bahan baku dari kertas coklat.

Tak hanya itu, ALDO juga akan melakukan inovasi produk sambil terus melihat prospek dari industri-industri yang bertumbuh secara pesat, salah satunya adalah FMCG dan online business.

"Dari kedua industri tersebut, kami bisa ambil contohnya inovasi melalui produk papercore Alkindo yang digunakan sebagai film core oleh industri Flexible Packaging dan produk Paper Box dan Paper Bag untuk memenuhi tren kebutuhan packaging untuk industri F&B," kata Sutanto.

Dengan strategi kerja tersebut, ALDO merencanakan untuk menganggarkan calex sebesar Rp 195 miliar tahun 2022. Alokasi ini akan digunakan untuk penyelesaian pembangunan pabrik baru dan mesin produksi kertas coklat PT Eco Paper Indonesia (ECO).

 

Sementara itu, untuk target produksi, dengan mulai beroperasinya mesin kedua Eco Paper yang ditargetkan beroperasi sekitar bulan Oktober tahun depan, kapasitas produksi kertas ALDO akan naik menjadi tiga kali lipat, yaitu sekitar 22.500 ton per bulan.

Adapun target penjualan dan laba tahun depan, saat ini masih dalam penghitungan ALDO. Namun, Sutanto optimistis penjualan dan laba akan meningkat karena adanya kontribusi tambahan bottom line dari anak usaha yaitu Swisstex dan ALFA.

"Jadi Swissex dan ALFA saat ini masih dalam proses ambil alih saham hingga 99%. Jika itu ditambah dengan mulai beroperasinya mesin kedua Eco Paper, akan membuat produksi kertas coklat tahun depan menjadi tiga kali lipat dari produksi sekarang," imbuhnya.

Baca Juga: Penjualan Alkindo (ALDO) naik 32,2% di kuartal III 2021 berkat kertas recycle

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×